Kamis 28 Jan 2021 21:21 WIB

Hamas Kecam Ancaman Israel Serang Target Sipil di Gaza

Hamas tegaskan akan selalu bela Palestina hadapi agresi Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Pendukung Hamas mengibarkan bendera hijau dan nasional mereka selama protes terhadap rencana Israel untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat dan inisiatif Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, setelah salat Jumat di jalan utama Kota Khan Younis, Jalur Gaza, Jumat, 26 Juni 2020 .
Foto: AP/Adel Hana
Pendukung Hamas mengibarkan bendera hijau dan nasional mereka selama protes terhadap rencana Israel untuk mencaplok bagian-bagian Tepi Barat dan inisiatif Timur Tengah Presiden AS Donald Trump, setelah salat Jumat di jalan utama Kota Khan Younis, Jalur Gaza, Jumat, 26 Juni 2020 .

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok Hamas mengecam pernyataan Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel Letnan Jenderal Aviv Kohavi yang menyebut dapat menyerang sasaran sipil dan daerah permukiman dalam setiap konfrontasi mendatang di Jalur Gaza atau Lebanon. Juru Bicara Hamas Hazem Qasem mengatakan ancaman Kohavi mencerminkan teknik intimidasi Israel. Pernyataan Kohavi pun dianggap memperlihatkan rencana Negara Zionis melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina serta Lebanon.

"Pendudukan Israel tidak dapat mencapai kemenangan apapun dalam konfrontasi di masa depan dan itulah mengapa mereka berencana menargetkan warga sipil," kata Qasem dikutip laman Middle East Monitor pada Kamis (28/1).

Baca Juga

Dia menegaskan bahwa Hamas akan terus membela rakyat Palestina dalam setiap agresi Israel. Saat menyampaikan pidato di Institut Studi Keamanan Nasional Universitas Tel Aviv pada Selasa (26/1) lalu, Kohavi tak hanya menyampaikan kesiapan Israel menyerang target sipil dalam konfrontasi mendatang di Gaza dan Lebanon.

Dia pun mengungkap bahwa Israel sedang menyiapkan rencana untuk menyerang Iran. Kohavi menyebut hal itu dilakukan karena Iran memulai kembali program pengembangan nuklirnya dalam beberapa bulan terakhir. “Berdasarkan analisis fundamental ini, saya telah menginstruksikan Pasukan Pertahanan Israel untuk menyiapkan sejumlah rencana operasional, selain yang sudah ada,” kata Kohavi, dikutip laman Aljazirah.

Kohavi menyadari penerapan rencana serangan terhadap Iran akan bergantung pada keputusan para pemimpin politik. "Tapi rencana ini harus dibahas," ujarnya.

Dia pun mengomentari rencana Amerika Serikat (AS) bergabung kembali dengan kesepakatan nuklir Iran 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). "Kembali ke perjanjian nuklir 2015, atau bahkan jika itu adalah kesepakatan serupa dengan beberapa perbaikan, adalah buruk dan salah dari sudut pandang operasional serta strategis," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement