Kamis 28 Jan 2021 18:19 WIB

Peternak Sapi Gunungkidul Butuh Pendampingan Hadapi Pandemi

Pandemi berdampak kepada penurunan penurunan harga jual ternak.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Peternak bersiap memerah sapi dengan alat perah otomatis di peternakan sapi perah, Srunen, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Kamis (28/1).
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Peternak bersiap memerah sapi dengan alat perah otomatis di peternakan sapi perah, Srunen, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta, Kamis (28/1).

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Sektor peternakan di Tanah Air turut merasakan dampak pandemi Covid-19. Kelompok peternak sapi potong menjadi unit yang sudah banyak pula merasakan dampak pandemi, termasuk yang ada di Kabupaten Gunungkidul, DIY.

Peneliti dari Fakultas Peternakan UGM, Trisakti Haryadi mengatakan, pandemi berdampak kepada penurunan penurunan harga jual ternak. Walaupun, masih dalam tingkatan sedang dan dampak sosial ke usaha peternakan tergolong sangat kecil.

"Selama pandemi sapi mengalami penurunan harga jual, interaksi langsung antar peternak terhambat karena adanya social distancing. Namun, hal tersebut kurang berdampak besar kepada usaha peternakan yang mereka jalankan," kata Trisakti, Rabu (27/1).

Namun, ada pula kelompok-kelompok ternak yang mampu membuktikan peternakannya walau berskala kecil bertahan dalam menghadapi bencana, termasuk pandemi. Hal ini memperkuat pandangan usaha pertanian masih dapat terus berkontribusi.

Bahkan, dapat dijadikan alternatif pekerjaan bagi mereka yang terkena dampak pemutusan hubungan kerja, terutama sektor industri. Suasana kebersamaan dalam kelompok juga jadi ciri penting bagi peternak kecil saat menjalankan usahanya.

Keterbatasan interaksi menjadi resiko yang dirasakan dari pandemi Covid-19, terutama dalam menjalankan usaha. Dalam menghadapi resiko-resiko tersebut, Trisakti menemukan jika peternak memiliki kemampuan yang beragam.

"Dari 23,5 persen peternak yang menyatakan pemasaran berisiko terhadap usahanya, hanya setengahnya yang memiliki solusi yaitu dengan melakukan penundaan harga jual ternak sampai harga jual stabil," ujar Trisakti.

Terkait resiko interaksi sosial, semua peternak memiliki solusi berkomunikasi melalui WhatsApp dan ponsel. Namun, mereka masih membutuhkan pendampingan untuk tingkatkan kemampuan menghadapi resiko sosial dan penurunan harga jual ternak.

"Peternak memerlukan edukasi dalam memanfaatkan media komunikasi yang lebih efektif untuk berinteraksi dan mendukung usaha peternakan yang dijalankan," kata Trisakti.

Dekan Fakultas Peternakan UGM, Prof Ali Agus membenarkan, pandemi Covid-19 sudah berimbas kepada usaha ternak sapi potong rakyat. Karenanya, pendampingan dari berbagai pihak, termasuk akademisi, penting membantu peternak bertahan.

"Penelitian yang dilakukan dosen-dosen menjadi salah satu bentuk wujud kepedulian akademik terhadap pandemi Covid-19," ujar Ali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement