Kamis 28 Jan 2021 20:54 WIB

Terinspirasi Christchurch, Remaja Ini Ingin Serang Masjid

Seorang remaja berencana melakukan serangan teror terhadap dua masjid di Singapura.

Red:
Masjid menjadi sasaran serangan
Masjid menjadi sasaran serangan

Seorang remaja pria berusia 16 tahun telah ditahan pihak keamanan dengan tuduhan hendak melakukan serangan teror terhadap dua masjid di Singapura.

  • Remaja ini menjadi orang pertama yang ditahan di Singapura karena pandangan ekstrem kanan
  • Pihak berwenang mengatakan ia terinspirasi serangan teror di Christchurch yang menewaskan 51 orang
  • Warga Muslim Singapura menyampaikan keprihatinan mengenai rencana serangan tersebut

 

Ia terinspirasi dari aksi serangan terhadap dua masjid di Christchurch, Selandia Baru, pada tahun 2019.

Menurut pihak keamanan, remaja tersebut disebut berketurunan India beragama Kristen Protestan.

Ia menjadi orang pertama yang ditahan di Singapura dengan tuduhan memiliki pandangan ekstrem kanan.

"Dia belajar sendiri untuk menjadi radikal, termotivasi dengan perasaan tidak suka yang mendalam terhadap Islam dan sangat tertarik dengan tindakan kekerasan," demikian pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Dalam Negeri Singapura.

"Dia melihat tayangan langsung peristiwa serangan teror terhadap dua masjid di Christchurch, Selandia Baru tanggal 15 Maret 2019 dan membaca manifesto yang dibuat pelaku di Christchurch Brenton Tarrant."

Brenton adalah warga Australia yang melakukan tembakan membabi buta di dalam masjid dan menewaskan 51 orang, serta melukai 40 orang.

Di pengadilan di Selandia Baru, Brenton menyatakan bersalah atas tuduhan pembunuhan dan terorisme dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup tanpa ada kemungkinan dibebaskan.

Menurut pihak berwenang Singapura, remaja 16 tahun ini berencana melakukan serangan terhadap dua masjid, yaitu Mesjid Assyafaah dan Mesjid Yusof Ishak menggunakan parang pada tanggal 15 Maret, bertepatan dengan dua tahun peristiwa di Christchurch.

"Sama seperti Brenton, remaja ini berencana untuk membawa kendaraan ke dua lokasi serangan, sudah berniat membeli kendaraan yang akan digunakan dalam serangan," lanjut pernyataan dari Pemerintah Singapura.

 

Remaja tersebut juga sudah membeli baju rompi dari sebuah situs yang akan dipasang berbagai simbol ekstrim sayap kanan dan juga berniat memasang kamera untuk menyiarkan langsung serangan ketika dilakukan.

"Dia juga menonton video propaganda yang dibuat oleh ISIS dan membuat kesimpulan salah bahwa ISIS mewakili Islam dan bahwa Islam menyerukan penganutnya untuk membunuh mereka yang kafir."

 

Warga Islam Singapura terkejut dengan rencana itu

Sebuah laporan yang dibuat oleh Institute for Economics and Peace yang dikeluarkan tahun 2020 lalu mengatakan serangan yang dilakukan kelompok ekstrem kanan di seluruh dunia meningkat sebanyak 250 persen selama lima tahun terakhir.

Majilis Ugama Islam Singapura (MUIS) mengatakan prihatin dan sedih dengan rencana serangan tersebut.

"Kami mengutuk seluruh aksi teror dan kekerasan yang tidak dianjurkan oleh agama apapun. Tindakan itu akan menghancurkan masyarakat yang ada," katanya dalam sebuah pernyataan.

"Ini mengingatkan kita mengenai kemungkinan ancaman proses radikalisasi lewat online, dengan adanya media sosial yang sudah memasuki seluruh rongga kehidupan kita, ini membawa ideologi ekstrem masuk ke dalam rumah kita."

MUIS menambahkan bahwa ini adalah 'isolated incident' atau insiden yang tidak memiliki hubungan lain.

Pihaknya juga mengatakan lega karena pihak keamanan bisa menemukannya dalam tahap awal.

Warga Muslim adalah sekitar 14 persen dari keseluruhan penduduk yang berjumlah lima juta orang di Singapura saat ini.

Sementara itu Dewan Gereja Singapura mengatakan "sangat sedih" karena seorang warga muda yang menjadi pengikut gereja berencana melakukan serangan seperti ini.

"Kami menentang ideologi apapn, bahkan bila itupun berasal dari kelompok yang menyebut diri Kristen, yang mempromosikan kekerasan terhadap yang lain, khususnya bila ditujukan kepada kelompok agama lainnya," katanya dalam pernyataan.

"Tidak ada rasa permusuhan dalam masyarakat kita, dan kami tetap kompak untuk mengalahkan rasa benci dan kekerasan."

Artikel ini diproduksi oleh Sastra Wijaya dan lihat artikelnya dalam bahasa Inggris di sini

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement