Rabu 27 Jan 2021 14:47 WIB

Keluarga Korban Covid-19 di China Ingin Bertemu Tim WHO

Banyak warga China yang marah karena negara meremehkan virus itu pada awal wabah.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
 Seorang pekerja dengan penutup pelindung mengarahkan anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada saat kedatangan mereka di bandara di Wuhan di provinsi Hubei China tengah pada Kamis, 14 Januari 2021. Sebuah tim peneliti global tiba Kamis di kota China di mana pandemi virus korona pertama kali terdeteksi untuk melakukan penyelidikan yang sensitif secara politik tentang asal-usulnya di tengah ketidakpastian tentang apakah Beijing mungkin mencoba mencegah penemuan yang memalukan.
Foto: AP/Ng Han Guan
Seorang pekerja dengan penutup pelindung mengarahkan anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada saat kedatangan mereka di bandara di Wuhan di provinsi Hubei China tengah pada Kamis, 14 Januari 2021. Sebuah tim peneliti global tiba Kamis di kota China di mana pandemi virus korona pertama kali terdeteksi untuk melakukan penyelidikan yang sensitif secara politik tentang asal-usulnya di tengah ketidakpastian tentang apakah Beijing mungkin mencoba mencegah penemuan yang memalukan.

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN -- Kerabat pasien yang telah meninggal akibat Covid-19 di Cina menuntut untuk bertemu dengan tim ahli Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Mereka mengatakan, telah diberangus oleh Pemerintah China.

Setelah berbulan-bulan bernegosiasi, China menyetujui kunjungan panel badan Perserikatan Bangsa-Bangsa tersebut untuk menginvestigasi asal-usul virus corona. Namun, kehadiran mereka belum mengindikasikan tim tersebut akan diizinkan untuk mengumpulkan bukti atau berbicara dengan keluarga. Pemerintah China hanya mengatakan bahwa tim tersebut dapat bertukar pandangan dengan ilmuwan.

Baca Juga

"Saya berharap, para ahli tidak menjadi alat untuk menyebarkan kebohongan," kata Zhang Hai yang ayahnya meninggal karena Covid-19 pada Februari tahun lalu setelah melakukan perjalanan ke Wuhan dan terinfeksi.

Zhang yang berasal dari Wuhan, tetapi sekarang tinggal di kota selatan Shenzhen telah mengorganisasi kerabat korban virus corona di China untuk menuntut pertanggungjawaban dari para pejabat. "Kami terus mencari kebenaran tanpa henti. Ini adalah tindakan kriminal dan saya tidak ingin WHO datang ke China untuk menutupi kejahatan ini," katanya, dikutip dari Aljazirah, Rabu (27/1).

Banyak warga yang marah karena negara meremehkan virus itu pada awal wabah dan telah berusaha mengajukan tuntutan hukum terhadap pemerintah Wuhan. Akan tetapi, para kerabat menghadapi tekanan yang sangat besar dari pihak berwenang untuk tidak angkat bicara.

Pejabat telah menolak tuntutan hukum, menginterogasi Zhang dan lainnya berulang kali. Pemerintah pun mengancam kerabat dari mereka yang berbicara dengan media asing.

“Jangan berpura-pura bahwa kami tidak ada, bahwa kami tidak mencari pertanggungjawaban. Anda telah menghapus semua platform kami, tetapi kami masih ingin memberi tahu semua orang melalui media bahwa kami belum menyerah," kata Zhang.

Bulan lalu, seorang jurnalis warga dijatuhi hukuman empat tahun penjara karena melaporkan kondisi yang terjadi di Wuhan. Mantan pengacara, Zhang Zhan, dituduh berselisih dan memprovokasi masalah karena laporannya di tahap awal wabah yang kacau.

WHO mengatakan, kunjungannya ke China adalah misi ilmiah untuk menyelidiki asal-usul virus. Langkah ini bukan upaya untuk menyalahkan dan wawancara dan tinjauan mendalam terhadap kasus-kasus awal diperlukan.

China awalnya menolak tuntutan untuk penyelidikan internasional setelah pemerintahan Donald Trump menyalahkan Beijing atas virus tersebut. Namun, akhirnya Beijing tunduk pada tekanan global pada Mei untuk menyelidiki asal-usulnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement