Rabu 27 Jan 2021 11:56 WIB

BKKBN Jelaskan Penyebab Stunting di Indonesia

Sebagian kelahiran bayi di Indonesia sudah dalam kondisi kekurangan nutrisi.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo menjelaksan penyebab tingginya angka kekerdilan (stunting) di Indonesia. Yakni, sebagian kelahiran bayi di Indonesia sudah dalam kondisi kekurangan nutrisi hingga dibesarkan juga kurang zat gizi.

Hasto mengatakan, saat ini total angka kelahiran per tahun sebanyak 5 juta. Sekitar 1,2 juta bayi di antaranya dalam kondisi kurang gizi kronis atau stunting.

Baca Juga

Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia tahun 2019 menyebutkan angka stunting berada pada 27,67 persen. Hasto mengatakan angkatersebut disebabkan berbagai faktor kekurangan gizi pada bayi.

Menurut Hasto yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai Ketua Pelaksana Program Percepatan Penurunan Stunting, sebanyak 29 persen dari 5 juta kelahiran bayi setiap tahunnya terlahir prematur atau belum waktunya. "Karena 29 persen dari 5 juta itu lahirnya belum waktunya, ukurannya belum cukup sudah lahir," kata Hasto dalam Pra Rakernas BKKBN di Jakarta, Rabu (27/1).

Hal lain yang menyebabkan stunting adalah sebanyak 11,7 persen bayi terlahir dengan gizi kurang yang diukur melalui ukuran panjang tubuh tidak sampai 48 centimeter dan berat badannya tidak sampai 2,5 kilogram. "Ini sudah given, artinya bayi lahir 5 juta di Indonesia 1,2 juta produknya sudah di bawah kualitas, inilah yang kemudian stunting27 persen," kata Hasto yang juga berlatar belakang sebagai dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

Tidak hanya itu, angka stunting di Indonesia juga ditambah dari bayi yang terlahir normal akan tetapi tumbuh dengan kekurangan asupan gizi sehingga menjadi stunting. "Yang lahir normal pun masih ada yang kemudian jadi stunting karena tidak dapat ASI dengan baik, kemudian asupan makanannya tidak cukup," kata Hasto.

Menurutnya, masyarakat miskin yang mendapatkan bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dari kementerian sosial berupa uang untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga juga tidak membelanjakan menu makanan yang padat gizi bagi anak dan bayinya. Dia menyebut menekan angka stunting merupakan tugas besar dan penting yang dipercayakan oleh presiden kepada dirinya.

Hasto yang memiliki latar belakang dokter spesialis kandungan dan kebidanan, serta sebagai kepala BKKBN yang sudah mengetahui isu kependudukan dan kualitas keluarga di Indonesia dinilai tepat untuk mengemban tugas tersebut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement