Rabu 27 Jan 2021 03:27 WIB

Pakar: Pemerintah Harusnya Dengar Kata Ahli Kesehatan

Ahli kesehatan dan pemerintah dinilai selalu bertentangan sikap dan gagasan.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Gita Amanda
Ilustrasi Covid-19. Pakar kesehatan Zaenal Abidin menyayangkan pemerintah yang gagal menangani pandemi Covid-19 hingga menembus satu juta kasus pada Selasa (26/1).
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19. Pakar kesehatan Zaenal Abidin menyayangkan pemerintah yang gagal menangani pandemi Covid-19 hingga menembus satu juta kasus pada Selasa (26/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesehatan Zaenal Abidin menyayangkan pemerintah yang gagal menangani pandemi Covid-19 hingga menembus satu juta kasus pada Selasa (26/1). Zaenal menyindir kondisi ini terjadi karena pemerintah tak mendengar masukan para ahli kesehatan.

Zaenal menilai ahli kesehatan dan pemerintah selalu bertentangan sikap dan gagasan. Sebab pemerintah dianggap lebih mengutamakan investasi selama ini ketimbang serius menekan laju pandemi.

Baca Juga

"Sejak awal antara pakar kesehatan dan pemerintah yang lebih utamakan investasi tidak pernah satu jalan pikiran. Karena pemerintah punya kekuasaan maka selalu jalan pikir pemerintah yang dijalankan. Ahli kesehatan harus menyesuaikan," kata Zaenal pada Republika, Selasa (26/1).

Zaenal mengungkapkan kebijakan lockdown atau penguncian wilayah sudah disarankan pakar kesehatan. Namun saran itu tak didengarkan. "Sejak awal ahli epidemiologi dan kesehatan masyarakat minta dikunci tapi para ahli ini tidak punya kuasa. Mereka hanya posisi menyarankan," ujar mantan Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) periode 2012-2015 tersebut.

Zaenal mengimbau pemerintah dan pihak ahli kesehatan duduk bersama dengan pikiran jernih demi kesehatan seluruh rakyat. Pada momen ini, semua pihak perlu meredam ego masing-masing demi kepentingan rakyat.

"Setelah itu ambil jalan terbaik untuk kesehatan rakyat. Uang bisa dicari, tapi nyawa hilang karena covid tak bisa dibeli kembali," tegas Zaenal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement