Rabu 27 Jan 2021 03:10 WIB

Jumlah Pekerjaan Hilang Akibat Pandemi Melampaui Krisis 2009

Jumlah pekerjaan hilang akibat pandemi mencapai empat kali lipat dari krisis 2009.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Pengangguran (ilustrasi)
Pengangguran (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mencatat, banyaknya pekerjaan yang hilang sepanjang tahun lalu sangat signifikan akibat pandemi Covid-19. Jumlahnya bahkan empat kali lebih banyak dibandingkan selama bagian terburuk dari krisis keuangan global pada 2009.

Organisasi Perburuhan Internasional (International Labour Organization/ ILO) memperkirakan, pembatasan bisnis dan aktivitas sosial telah menghancurkan 8,8 persen dari semua jam kerja di seluruh dunia pada tahun lalu. Jumlah tersebut setara dengan 255 juta pekerjaan penuh waktu, berkali-kali lipat dibandingkan dampak krisis keuangan pada lebih dari satu dekade lalu.

Baca Juga

Direktur Umum ILO Guy Ryder menyebutkan, pandemi menjadi krisis paling parah bagi dunia kerja sejak Great Depression pada 1930an. Dampaknya bahkan jauh lebih besar dibandingkan krisis keuangan global. Dampak tersebut terbagi hampir sama antara pengurangan jam kerja dan level kehilangan pekerjaan ke level yang belum pernah terjadi sebelumnya.

ILO mencatat, kebanyakan orang yang kehilangan pekerjaan memutuskan untuk tidak mencari pekerjaan sama sekali. Kemungkinan karena pembatasan pada aktivitas bisnis yang biasanya mempekerjakan dalam jumlah besar harus tergantung pada interaksi tatap muka, seperti restoran, bar, toko dan hotel.

Penurunan jumlah pekerjaan tersebut setara dengan hilangnya 3,7 triliun dolar AS dalam pendapatan secara global. Dampak lebih besar dirasakan pada perempuan dan pekerja muda. "Angka luar biasa," ujar Ryder, dilansir di AP News, Senin (25/1).

Laporan ILO memperkirakan, pemulihan pada dunia kerja baru terjadi pada paruh kedua tahun ini. Tapi, hal tersebut bergantung pada seberapa signifikan pengurangan infeksi virus corona dan efektivitas vaksinasi. 

Saat ini, infeksi meningkat atau tetap tinggi di banyak negara dan distribusi vaksin masih lambat secara keseluruhan.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement