Selasa 26 Jan 2021 16:53 WIB

Neraca Perdagangan Surplus, Mendag Justru Khawatir

BPS mencatat Indonesia mengalami surplus perdagangan 21,7 miliar dolar AS pada 2020.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). adan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan hingga 21,7 miliar dolar AS pada 2020 lalu.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). adan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan hingga 21,7 miliar dolar AS pada 2020 lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengaku khawatir dengan surplusnya neraca perdagangan Indonesia. Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan hingga 21,7 miliar dolar AS pada 2020 lalu. 

Ia pun membandingkannya saat Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan pada 2012. Lutfi menjelaskan, waktu itu perdagangan Indonesia surplus karena harga komoditas seperti minyak dan batu bara meningkat signifikan. 

Baca Juga

Sedangkan pada 2020 ini, surplus terjadi ketika angka ekspor dan impor menurun tajam. "Hari ini surplus 21 miliar dolar AS mengkhawatirkan, kenapa? Karena ekspor turun 2,6 persen, meski nonmigas turun setengah persen, tetapi impor turun lebih jauh jadi 17,3 persen," tuturnya dalam diskusi secara daring, Selasa (26/1).

Lebih lanjut Lutfi mengungkapkan apa saja koefisien dari surplus neraca perdagangan tersebut. Menurutnya, terjadi pelemahan karena 70,2 persen barang yang diimpor Indonesia merupakan bahan baku dan bahan penolong.

"Jadi kalau impor turun 17,3 persen saya takut akan terjadi pelemahan terhadap sektor-sektor produksi yang dikonsumsi di dalam negeri," jelas dia. Lutfi menambahkan, ada beberapa strategi guna memulihkan investasi dan perdagangan nasional pada tahun ini. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement