Selasa 26 Jan 2021 07:16 WIB

Hidden Hunger, Bagaimana Itu Bisa Terjadi?

Banyak ibu belum memahami hidden hunger.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Sejumlah pelajar taman kanak-kanak RA Muslimat NU Masyithoh 09 Pringlangu mempraktekkan cara membuat makanan sarapan di Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (23/7/2019). Hidden hunger masih menjadi masalah di Indonesia.
Foto: Antara/Harviyan Perdana Putra
Sejumlah pelajar taman kanak-kanak RA Muslimat NU Masyithoh 09 Pringlangu mempraktekkan cara membuat makanan sarapan di Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (23/7/2019). Hidden hunger masih menjadi masalah di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Hidden hunger atau kelaparan tersembunyi masih menjadi masalah di Indonesia. Ini merupakan kondisi di mana tubuh tidak terpenuhi kebutuhan zat gizi mikronya, yaitu iodium, zat besi, vitamin, dan mineral.

Guru besar Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Dodik Briawan, menjelaskan bahwa hidden hunger berbeda dengan kelaparan biasa, yang ditandai dengan kondisi kurus, buncit, dan tulang iga kentara. Kondisi itu bisa terjadi pada siklus umur berapa saja, mulai dari bayi hingga dewasa.

Baca Juga

Berdasarkan Indeks Global Hidden Hunger 2020, Dodik menjelaskan, Indonesia berada pada posisi 70 dari 107 negara. Angka itu menunjukkan kondisi gizi maupun kelaparan tersembunyi belum terlalu baik.

Jika melihat berbagai survei lainnya, jumlah hidden hunger di Indonesia masih besar. Riset Kesehatan Dasar 2018 memperlihatkan 48,9 persen ibu hamil menderita anemia dan Riset Kesehatan Dasar 2013 melaporkan bahwa 14,9 persen anak usia sekolah berisiko kekurangan iodium.

 

“Sekitar 20 persen sampai 40 persen populasi kita menderita defisiensi gizi tadi,” kata Dodik dalam acara Lezatnya Royco Baru dengan Garam Beriodium untuk #BantuTumbuhSesuai, disimak di Jakarta, Senin (25/1).

Meskipun hidden hunger sudah lama dikenal, tapi nampaknya permasalahan global itu belum terselesaikan dengan baik. Rata-rata, Dodik menyebut pemahaman dan kesadaran masyarakat masih kurang.

“Banyak ibu melihat anaknya sudah bisa main, itu cukup. Padahal anaknya sering sakit, tumbuhnya tak optimal, prestasi akademik tak bagus, itu ciri hidden hunger,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement