Selasa 26 Jan 2021 06:00 WIB

Setiap Malam Orang Indonesia Ngelonin 'Istri Belanda'

Kelonan bareng Istri Belanda jadi media berfantasi melawan sepi bagi para pria Eropa.

Para aparat kolonial Belanda dengan para gundiknya di Batavia tahun 1900-an.
Foto:

Di wilayah Asia Timur, seperti Jepang, China, Korea, guling memiliki nama "istri bambu". Nama lokalnya jukbuin, chikufujin, atau zhufuren. Istri bambu disematkan karena barang itu dibuat orang-orang di Asia Timur dari bambu yang dianyam hingga membentuk menyerupai tabung yang bisa dipeluk.

Keberadaan guling bahkan mengejutkan orang-orang yang baru tiba di Hindia Belanda. Sejarawan dan pastor dari Amerika Serikat John S.C. Abbott (1805–1877) menceritakan pengalamannya bertemu guling dalam “A Jaunt in Java”, yang dimuat di Harper’s New Monthly Magazine Volume XV, Juni-November 1857.

photo

Abbott mengatakan, ketika berbaring di ranjang, Anda akan tidur dengan Dutch Wife. “Jangan terkejut! Anda tak akan mendapatkan ‘kuliah tirai’ (curtain lecture) karena Dutch Wife berbentuk bulat, bantal panjang keras, yang bikin takjub setiap orang asing ketika melihatnya terbaring rapi dan kaku di tengah ranjang seperti mayat kecil,” tulis Abbott.

Saking melekatnya guling dengan rakyat Indonesia, Presiden pertama RI, Ir Soekarno tak malu membanggakan guling sebagai salah satu identitas bangsa. Dalam buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat (1965) yang ditulis Cindy Adam, Bung Karno menyebut orang Indonesia adalah bangsa yang hidup dalam getaran perasaan.

“Manusia Indonesia hidup dengan getaran perasaan. Kamilah satu‐satunya bangsa di dunia yang mempunyai sejenis bantal yang dipergunakan sekadar untuk dirangkul. Di setiap tempat‐tidur orang Indonesia terdapat sebuah bantal sebagai kalang hulu dan sebuah lagi bantal kecil berbentuk bulat‐ panjang yang dinamai guling. Guling ini bagi kami gunanya hanya untuk dirangkul sepanjang malam.”

Guling pun menjadi daya tarik pariwisata di Hindia Belanda. Dalam buku Pariwisata di Hindia-Belanda 1891–1942 (2019) karya Achmad Sunjayadi, menyebutkan guling adalah salah satu benda istimewa dari Indonesia. Sunjayadi merawikan, seorang penulis Inggris, William Basil Worsfold yang berkunjung ke Jawa pada 1892 mengaku sangat puas dengan pelayanan hotel-hotel di Pulau Jawa.

“Di depan kamar masing-masing terdapat beranda. Tempat tidur dilengkapi kelambu untuk menghindari nyamuk pada malam hari. Di atas tempat tidur ada bantal dan guling yang disebut Dutch Wife."

Sayangnya pengalaman Worsfold bersama guling di hotel-hotel Indonesia saat ini mulai menghilang. Anda yang pernah atau sering menginap di hotel, perhatikanlah, kenapa ya banyak kamar hotel di Indonesia sekarang tidak menyediakan guling? Padahal, meski di hotel, tidur tanpa memeluk guling, emang bisa? Apa ada yang lain untuk dipeluk? Hmmm...

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement