Salah satu penulis ternama Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, dalam novelnya Jejak Langkah sedikit banyak menceritakan tentang sejarah guling. Pram menyebut orang Indonesia hanya meniru-niru orang Belanda karena belum lama menggunakan guling. Termasuk, Pram menyindir, para priyayi berkepala kapuk.
"Orang Belanda terkenal sangat pelit. Mereka ingin pulang ke negerinya sebagai orang berada. Maka banyak juga yang tak mau menggundik. Sebagai pengganti gundik mereka membikin guling –gundik yang tak dapat kentut itu.”
Guling sebenarnya pertama kali bukan diperkenalkan orang-orang Belanda. Benda berbentuk tabung memanjang tersebut memiliki sejarah panjang, khususnya di wilayah Asia.
Para aparat kolonial Belanda dengan para gundiknya di Batavia tahun 1900-an. - (Ricky Bay/Gahetna.nl)
Guling lahir di kebudayaan Indisch abad ke-18 atau 19 yakni percampuran antara kebudayaan Eropa, Indonesia, dan China. Hadinoto, dosen Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra Surabaya, dalam Indische Empire Style yang dimuat Jurnal Dimensi Arsitektur, Desember 1994 menjelaskan, percampuran budaya juga menciptakan berbagai benda seperti kursi Eropa, meja, dan tempat tidur dengan bantal.
"Termasuk perlengkapan baru yang disebut guling atau Dutch Wife, yang tidak ada dalam perlengkapan tempat tidur Eropa. Jadi khusus Indisch,” kata Hadinoto.