Senin 25 Jan 2021 23:56 WIB

Kisah Ustadz Ziyad Berdakwah di Pedalaman Wamena Papua 

Ustadz Ziyad pernah berdakwah di zona merah Wamena Papua

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Ustadz Ziyad pernah berdakwah di zona merah Wamena Papua , Peta Papua. (Ilustrasi)
Ustadz Ziyad pernah berdakwah di zona merah Wamena Papua , Peta Papua. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Tidak semua orang memiliki tekad yang kuat untuk mendakwahkan Islam ke daerah-daerah pelosok. Kebanyakan orang hanya memiliki berdakwah melalui masjid-masjid maupun forum pengajian.

Ustadz Muhammad Ziyad merupakan salah satu dai yang memiliki tekad dan semangat yang tinggi untuk mendakwahkan Islam. Bahkan, pada 2017 lalu dia pernah berdakwah ke daerah zona merah di wilayah pedalaman Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua.

Baca Juga

Namun, dalam berdakwah Ustadz Ziyad bukan untuk mencari musuh, tapi justru untuk membantu masyarakat. Karena itu, dia mempunyai keyakinan bahwa Allah SWT pasti akan menolongnya dan masyarakat akan menerimanya dengan baik.

Saat berdakwah ke daerah-daerah pelosok, dia pun menemukan kepuasan batin. Bahkan, dia sampai meneteskan air mata ketika ada masyarakat yang memintanya untuk tidak pulang ke Jakarta. Ketika hendak pulang, menurut dia, selalu ada masyarakat yang memintanya untuk memberikan pencerahan agama. “Bagi saya ini adalah kepuasaan batin ketika kita ke pedalaman,” ujar Ziyad, sebagaimana dikutip dari dokumentasi Harian Republika. 

Dia memiliki semangat untuk berdakwah sejak menjadi santri di Pesantren Karangasem Paciran yang diasuh KH Abdurrahman Syamsuri, seorang ulama Muhammadiyah yang pernah nyantri kepada pendiri NU, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari.

Saat itu, dia sudah meminta kepada kiainya untuk berdakwah di daerah Ambon. Namun, kiainya memintanya untuk izin dulu kepada orang tuanya, yang kemudian orang tuanya menyarankan dia untuk melanjutkan pendidikannya dulu.

Ustadz Ziyad akhirnya masuk di Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dia mengambil jurusan pendidikan karena teringat dengan pesan ayahnya bahwa jika menjadi seorang pendidik pasti juga bisa menjadi seorang pendakwah.

Setelah lulus dari Sunan Ampel, Ustadz Ziyad kemudian mendapatkan beasiswa untuk kuliah S2 di IAIN Sumatera Utara. Pada awal 2000-an, baru kemudian mengambil program S3 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sebelum menjadi Ketua Lembaga Dakwah Khusus Muhammadiyah, Ustadz Ziyad juga sudah aktif di berbagai organisasi kepemudaan Muhammadiyah. Dia pernah menjadi Ketua Ikatan Mahaswa Muhammadiyah (IMM) Surabaya dan Ketua Pemuda Muhammadiyah.

Keinginannya untuk berdakwah ke Ambon dulu memang tidak tercapai. Namun, kini Ustadz Ziyad mendapatkan amanah besar untuk membina dan mengirimkan dai-dai muda Muhammadiyah ke seluruh pelosok Tanah Air.

Selain mengajar UIN Syarif Hidayatullah dan juga UIN Mataram, Ustadz Ziyad sampai sekarang masih aktif berkeliling untuk berdakwah dan melatih para dai muda. “Dan alhamdulillah saya hampir seluruh kawasan pedalaman saya masuk, bahkan saya pernah masuk di zona paling merah sekalipun dalam arti keamannya,” katanya.    

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement