Ahad 24 Jan 2021 22:51 WIB

Warga Terdampak Gempa Majene Masih Alami Trauma

Warga terisolir masih sangat membutuhkan layanan pemeriksaan kesehatan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Gita Amanda
Sejumlah pengungsi mengantri bantuan logistik yang terdampak gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (21/1/2021). Pasca terjadinya longsor yang menutup jalan trans Sulawesi di Kabupaten Majene penyaluran logistik dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan kini mulai lancar.
Foto: AKBAR TADO/ANTARA
Sejumlah pengungsi mengantri bantuan logistik yang terdampak gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat, Kamis (21/1/2021). Pasca terjadinya longsor yang menutup jalan trans Sulawesi di Kabupaten Majene penyaluran logistik dari berbagai daerah di Sulawesi Selatan kini mulai lancar.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dampak gempa yang melanda Kabupaten Majene masih dirasakan baik fisik maupun mental. Salah satu dokter Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC), Wildan Firmansyah mengungkapkan, mereka masih butuh layanan kesehatan.

Bersama rekan Imam Fitrianto, Wildan jadi salah satu tenaga medis yang mendapat tugas dari pusat krisis BNPB. Mereka membuka layanan kesehatan ke warga Dusun Taukung, Desa Tandeallo, Kecamatan Ulumanda, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.

Baca Juga

Yang mana, sejak gempa daerah itu terisolir longsoran tebing. Hal itu membuat akses menuju jalan utama Mamuju Majene yang berjarak 20 kilometer terputus, dan desa terdekat berjarak enam kilometer dengan kondisi jalan banyak yang rusak.

"Di Dusun Taukung ada puskesmas pembantu, namun rusak berat oleh gempa. Akibatnya, warga yang sakit tidak bisa mendapat layanan kesehatan," kata Wildan lewat rilis yang diterima Republika, Ahad (24/1).

Untuk mencapai Tandeallo, Tim MDMC difasilitasi helikopter BNPB dari Lapangan Tammajarra, Korem 142 Taroado Taroagu. Tim MDMC yang berisi dokter dan perawat itu berangkat bersama dua tim dari lembaga kemanusiaan lain.

Menurut Wildan, warga Dusun Taukong yang sempat terisolir beberapa hari masih sangat membutuhkan layanan pemeriksaan kesehatan. Warga rata-rata mengeluhkan batuk, pilek, tekanan darah tinggi, gatal-gatal dan sakit mata.

"Desa Tandeallo tidak mengalami kerusakan parah, namun warga masih merasa trauma akibat gempa yang terjadi. Banyak dari mereka memilih tidur di luar rumah saat malam hari," ujar Wildan.

Terlebih, akibat putusnya akses jalan menyulitkan warga memenuhi berbagai kebutuhan sehari-hari. Karenanya, sejauh ini mereka masih harus mengandalkan bantuan yang datang dan beberapa hari terakhir hanya bisa dibawa helikopter BNPB.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement