Ahad 24 Jan 2021 21:06 WIB

Ekonom: Dampak Quantitative Easing BI Sudah Signifikan

Quantitative Easing BI sepanjang tahun lalu memberi dampak signifikan ke perbankan

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Gita Amanda
Bank Indonesia
Foto: Republika/Prayogi
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, kebijakan quantitative easing (QE) yang sudah diberikan Bank Indonesia (BI) sepanjang tahun lalu telah memberikan dampak signifikan kepada perbankan. Tapi, masih ada beberapa catatan yang harus diperbaiki untuk kebijakan bank sentral tahun ini.

Yusuf menuturkan, kebijakan QE yang terutama berdampak adalah pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM). Hal ini kemudian yang berakibat pada longgarnya  kondisi likuiditas perbankan. "Terbukti dari rasio alat likuid terhadap DPK yang berada pada level yang aman, artinya stabilitas perbankan berhasil dijaga," tuturnya saat dihubungi Republika, Ahad (24/1).

Sebenarnya, Yusuf menambahkan, kebijakan QE dari BI sudah relatif baik. Hanya saja, dari konteks pemulihan ekonomi nasional, tentu BI tidak bisa bekerja sendiri, perlu ada kerjasama dengan pihak lain.

Yusuf memberikan contoh, kebijakan QE telah berhasil menurunkan kredit modal kerja, namun transmisi penurunannya relatif masih lambat. Penurunan kredit modal kerja pun belum bisa dioptimalkan karena proses pemulihan ekonomi berjalan lambat karena penanganan dari sisi kesehatan yang tidak berjalan secara optimal.

Secara keseluruhan, Yusuf menuturkan, pekerjaan rumah kebijakan moneter  berada pada proses transmisi suku bunga acuan ke suku bunga kredit yang relatif lambat. "Padahal sekali lagi, suku bunga kredit ini jika diibaratkan merupakan 'darah' bagi perekonomian, karena ini merupakan salah satu alat untuk menggerakan likuiditas ke sektor-sektor produktif," katanya.

Disamping itu, Yusuf menyebutkan, momentum Covid-19 juga bisa dijadikan BI untuk lebih aktif dalam proses pembiayaan yang dilakukan oleh pemerintah.

Sebelumnya, pada Kamis (21/1), Gubernur BI Perry Warjiyo menyebutkan, bank sentral telah menginjeksi likuiditas ke perbankan sebanyak Rp 726,57 triliun sepanjang tahun lalu. Sekitar Rp 155 triliun di antaranya bersumber dari penurunan GWM dan ekspansi moneter sekitar Rp 555,77 triliun.

Kebijakan QE akan terus berlanjut pada tahun ini. Hingga Selasa (19/1), BI telah melakukan ekspansi moneter hingga RP 7,44 triliun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement