Ahad 24 Jan 2021 10:05 WIB

Sri Baduga Maharaja, Sahabat Nabi Muhammad dari Nusantara?

Adakah Sahabat Nabi Muhammad dari Nusantara?

Gaya busana santri di masa lalu.
Foto: Muhammad Sibarkah
Gaya busana santri di masa lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Dr Muhammad Babul Ulum, M.Ag, Ustaz dan Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Islam (STFI) Sadra Jakarta.*

----------

Konsepsi ilmu hadis konvensional menyebut sahabat adalah orang yang hidup sezaman dan melihat Nabi SAW. Logika sederhananya, mereka adalah orang-orang yang hidup di jazirah Arab dan sekitarnya, yang arena kedekatan geografis memungkinkan mereka melihat, bertemu, dan berinteraksi dengan Nabi SAW.

Namun, kitab-kitab biografi sahabat memuat satu nama sahabat Nabi SAW yang bukan berasal dari bangsa Arab. Bila benar demikian karena itu perlu investigasi mendalam. Keberadaannya selain memberi oksigen baru bagi kita dalam ikhtiar pemaknaan baru bagi konsep keilmuan tradisional Islam yang menjadi concern kajian kita selama ini, bahkan dapat mendekonstruksi tidak hanya bangunan epistemologi ilmu keislaman klasik, khususnya ilmu kalam dan ilmu hadis, tetapi juga bangunan epistemologi ilmu humaniora Barat. 

Satu nama tersebut ditulis dengan sebutan Sri Baduga Malik al-Hind (سرباتك مالك الهند). Termuat dalam kitab Usd al-Ghabah fi Ma'rifah al-Shahabah karya Ibn al-Atsir, biografi no. 1958, kitab Lisan al-Mizan karya karya Ibnu Hajar al-'Asqalani, jilid  4, hal. 19, biografi no. 3359 dan kitab Bihar al-Anwar al-Jamiah li Durari Akhbar al-Aimmah al-Athhar karya Muhammad Baqir al-Majlisi, jilid 14, hal. 520, bab "Ahwal Muluk al-Ardh" (berita para raja di dunia).

Al-Hakim dalam kitab al-Mustadrak jilid 4, hal. 241 meski tidak mencatat biografi Malik al-Hind sebagaimana kitab yang lain, ia melaporkan sebagian hadiah yang diberikan kepada Nabi SAW, yakni berupa tembikar (jarrah) dan jahe (zanjabil) sebagai obat segala penyakit waktu itu (dawaun likulli da'). 

Pertanyaannya, siapakah dia, si Malik al-Hind itu? Kata kuncinya ada pada makna al-Hind dalam konsepsi para penulis Arab zaman dulu, bukan zaman sekarang atau pasca-kolonialisasi bangsa Eropa.

Pasca-imperialisme Eropa, kata 'Bilad al-Hind' diartikan sebagai 'Negara India', atau negara-negara yang berada di anak benua India sana. Akan tetapi, sebelum itu, kata 'Bilad al-Hind' selain dipakai untuk menunjukkan wilayah, yang dikelilingi samudra Hindia dan dilalui garis katulistiwa yang berpusat di nusantara sekarang. Dan kata itu dipakai juga untuk menyebut wilayah kepulauan di daerah Indo-China dan pasifik.

Ingat sebutan negara Hindia-Belanda saat negara Indonesia di bawah penjajahan belanda dulu, kan? Dengan demikian, apakah Sri Baduga Malik al-Hind yang disebut dalam referensi di atas adalah seorang Maharaja dari nusantara? Pertanyaan selanjutnya, apakah ini gelar bagi seorang raja atau nama seorang raja?  

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement