Ahad 24 Jan 2021 12:43 WIB

Dakwah Akademik di Tanah Renaisans

Peneliti dari Eropa bertanya apakah Alquran memerintahkan adanya kekerasan?

Rep: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)/ Red: suaramuhammadiyah.id (suara muhammadiyah)
Dakwah Akademik di Tanah Renaisans | Suara Muhammadiyah

Pembicaraan semakin mendalam. Penelitian Bulgaria dan Albania sepertinya semakin penasaran dengan kandungan al-Qur’an. Lalu peneliti dari Albania bertanya: “Does Qur’an talk about women and what does it say in general?” saya memberikan berbagai penjelasan yang tak mungkin saya tulis dalam kolom singkat ini. Namun, singkat cerita, di akhir dialog, mereka berdua sepakat. “Very interesting. I don’t think Qur’an contains all those tachings. So, Qur’an is a great book, then.” Sebuah pengakuan yang membuat saya terkejut. Pertanyaan-pertanyaan itu masih pula disusul dengan aneka pertanyaan akademis dan kadang-kadang menohok tentang Islam.

Sesi makan malam formal dengan segala obrolannya selesai pukul 23.00. Kami semua kembali ke hotel. Dalam perjalanan ke hotel, saya kembali mengingat diskusi tadi sambil berfikir seandainya semakin banyak kesempatan yang saya miliki untuk bertemu dengan para peneliti yang penasaran dengan Islam dan al-Qur’an, maka secara akademis, pelan-pelan kesalahfahaman tentang Islam itu akan bisa diluruskan.

Mengalami peristiwa-peristiwa seperti ini dan yang serupa, akhirnya juga mengingatkan saya kepada pernyataan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur, Dr. K.H. Saad Ibrahim. Dalam sebuah kesempatan acara tak lama setelah saya lulus S-3 dari National University of Singapore, Kiai Saad berkata: “Seharusnya Saudara Pradana Boy tidak usah pulang ke Indonesia dan kembali ke UMM. Justru dengan modal intelektual yang dimiliki, dia harus menjadi pendakwah Islam di negara-negara di mana Islam disalahfahami melalui forum-forum akademik…”

Menjadi bagian dari konsorsium penelitian di Florence, Tanah Renaisans inilah lalu saya menyadari kebenaran pernyataan Kiai Saad itu. Itu juga yang lalu menyadarkan saya bahwa jika selama ini saya jarang memperoleh kesempatan berdakwah di mimbar-mimbar masjid karena sebagian orang menyalahfahami pemikiran saya, maka saya harus mengambil arena dakwah yang lain. Benar saja, rupanya, Tuhan memang memberikan saya tugas lain: dakwah Islam di wilayah akademik.*

Pradana Boy ZTF, Dosen Universitas Muhammadiyah Malang UMM

Sumber: Majalah SM Edisi 14 tahun 2019

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement