Sabtu 23 Jan 2021 14:59 WIB

Doa Iftitah Menurut Muhammadiyah

Ada dua redaksi doa iftitah yang dianjurkan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah.

Ilustrasi , Doa iftitah dibaca saat sedang shalat, sesudah takbir pertama
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi , Doa iftitah dibaca saat sedang shalat, sesudah takbir pertama

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Doa iftitah dibaca seseorang biasanya pada waktu shalat, yakni sesudah ia melakukan takbiratul ihram pertama. Ada beberapa redaksi doa tersebut. Di antaranya adalah yang diawali dengan "Allahu akbar kabiira walhamdulillahi katsiraa..."; "Wajjahtu wajhiya..."; dan "Allahumma ba'id."

Muhammadiyah melalui Majelis Tarjih dan Tajdid-nya memandang bahwa dua redaksi yang terakhir itu lebih memiliki argumentasi atau dalil yang kuat. Adapun teks bacaan doa iftitah yang dimaksud selengkapnya sebagai berikut.

Baca Juga

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.

(Transliterasi Arab: "Allahumma baa'id baini wabaina khathoo yaaya kamaa baa'adta bainal masyriqi wal maghribi. Allahumma naqqinii minal khathooyaa kamaa yunaqqats tsaubul abyadhu minaddanasi. Allahummaghshil khathaayaaya bil maa`i wats tsalji wal baradi.")

Atau, dengan membaca:

وَجَّهْتُ وَجْهِىَ لِلَّذِى فَطَرَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ إِنَّ صَلاَتِى وَنُسُكِى وَمَحْيَاىَ وَمَمَاتِى لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (وََأَنَا مِِنَ الْمُسْلِمِينَ)، اللَّهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لاَ إِلَهَ لِى إِلاَّ أَنْتَ أَنْتَ رَبِّى وَأَنَا عَبْدُكَ ظَلَمْتُ نَفْسِى وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِى فَاغْفِرْ لِى ذُنُوبِى جَمِيعًا لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ وَاهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ وَاصْرِفْ عَنِّى سَيِّئَهَا لاَ يَصْرِفُ عَنِّى سَيِّئَهَا إِلاَّ أَنْتَ لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِى يَدَيْكَ وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

(Transliterasi Arab: "Wajjahtu wajhiya lilladzi fathoros samaawaati wal ardh, hanifan musliman wama ana minal musyrikiin, inna sholaati wanusukii wamahyaaya wamamaati lillahi robbil 'alamin. Laa syariikalahu wabidzaalika umirtu wa ana awwalul muslimiin [wa anaa minal muslimiin]. Allahumma antal malik. Laa ilaaha illa anta. Anta robbii wa ana ‘abduka. Zholamtu nafzi wa’taroftu bidzanbi, faghfirlii dzunubii jamii’aa. La yaghfirudz dzunuba illaa anta. Wahdinii liahsanil akhlaqi, laa yahdi li ahsanihaa illaa anta. Washrif 'annii sayyi`ahaa la yashrifu 'annii sayyi`ahaa illa anta. Labbaika wa sa’daika, wal khoiru kulluhuu fii yadaika. Wasy syarru laisa ilaika anaa bika wa ilaika. Tabaarokta wa ta'aalaita, astaghfiruka wa atuubu ilaiik.")

MTT PP Muhammadiyah melalui ijtihad kolektif memilih kedua alternatif doa tersebut secara hirarkis. Maksudnya, bahwa alternatif pertama ("Allahumma ba’id baini") secara kualitas periwayatan lebih sahih. Sebab, didasarkan pada hadis sahih riwayat al-Bukhari, Muslim dan lainnya melalui Abu Hurairah. Di samping itu, redaksi pertama itu dipandang lebih praktis atau ringkas dibandingkan dengan alternatif lainnya.

Adapun doa iftitah yang diawali "Wajjahtu wajhiya” dapat pula dijadikan sebagai alternatif. Sebab, dalil yang digunakan termasuk hadis sahih riwayat Muslim dan lainnya. Demikian menurut keputusan musyawarah nasional Tarjih Muhammadiyah.

Maka, kedua alternatif doa iftitah tersebut merupakan pendapat dan pilihan resmi Persyarikatan. Muslimin, khususnya warga Muhammadiyah, dapat menjadikannya pedoman, tanpa menafikan adanya alternatif lain yang juga sahih.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement