Sabtu 23 Jan 2021 07:45 WIB

Kena 'Long Covid', Berapa Lama Gejalanya Sirna?

Fenomena 'long Covid' dialami oleh sebagian penyintas Covid-19.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Aktris Alyssa MIlano masih belum sembuh sepenuhnya setelah kena Covid-19. Ia termasuk penyintas yang mengalami long Covid.
Foto: EPA
Aktris Alyssa MIlano masih belum sembuh sepenuhnya setelah kena Covid-19. Ia termasuk penyintas yang mengalami long Covid.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa negara telah melaporkan persentase pasien yang mengalami "long Covid". Angka penderitanya pun bervariasi dari 70 persen hingga 50 persen.

Di Indonesia, belum ada yang menginformasikan data ini. Tetapi bisa dipastikan, "long Covid" yang dialami pasien tergantung dari komplikasi penyakitnya.

Baca Juga

Aktris Hollywood Alyssa Milano, contohnya, positif Covid-19 pada Maret 2020. Ia masih merasakan gejala sisa meski sudah menjadi penyintas Covid-19.

Sesekali, ia merasakan sesak napas, gangguan irama jantung (aritmia), rambut rontok, telinga berdenging, dan kulit tangan melepuh. Gejala itu bertahan hingga enam bulan lebih.

 

"Soal berapa lama 'long Covid' berada di tubuh pasien, belum ada jawaban pasti,” ungkap Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Dr dr Agus Dwi Susanto SpP, dalam Live Instagram Katadata, Jumat (22/1).

Agus menyebut, Covid-19 masih menjadi sebuah fenomena yang diselidiki tim luar negeri dan maupun Indonesia. Masih banyak hal yang jadi pertanyaan dan belum bisa dijawab sampai sekarang.

Saat ini, hanya ada dari berbagai ilmu hipotesis, yang memberikan satu gambaran alasan kenapa ada yang mengalami "long Covid" beberapa pekan dan ada yang beberapa bulan. Menurut Agus, kondisi itu tergantung seberapa berat pasien saat kena Covid-19.

"Jadi kalau pasien alami kritis, sampai menggunakan ventilator, biasanya sudah alami kerusakan organ cukup luas. Pada kondisi ini, 'long Covid' yang muncul bisa lebih lama, bahkan menetap," papar Agus.

Berbeda ketika orang alami derajat gejala ringan Covid-19, seperti hanya batuk atau pilek, tentu kerusakan jaringannya berbeda. Lalu, kormobitasnya juga berpengaruh.

"Misalnya, satu pasien tidak ada kormobid, yang satu ada penyakit jantung, tentu yang memiliki riwayat penyakit jantung ada memiliki gejala menetap. Itu penjelasan yang paling umum," ungkap dia.

"Long Covid" dari berbagai jurnal, sebagian besar muncul karena komplikasi penyakit itu sendiri. Secara patogenesis, infeksi SARS-CoV-2 menyebabkan kerusakan paru, kerusakan sistem pembuluh darah (pembekuan darah), komplikasi kardiovaskuler. Itu adalah tiga komponen besar dalam penyakit Covid-19.

Dari tiga itu, muncul implikasi lanjut terhadap gangguan lain sebagai bagian dari perjalanan penyakit Covid-19 ketika masuk derajat lebih tinggi. Tapi kalau ringan, tidak akan sampai seperti itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement