Jumat 22 Jan 2021 17:24 WIB

DPRD DIY: Mendesak, Penambahan Ruang Isolasi Covid-19

Banyak pasien Covid-19 yang bergejala tidak mendapatkan perawatan di RS rujukan

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Hiru Muhammad
Pekerja memeriksa kondisi tempat tidur di Rumah Sakit Veteran Patmasuri, Bantul, Yogyakarta, Selasa (12/1). Pemkab Bantul menyiapkan lokasi isolasi warga terpapar Covid-19 di RS Veteran Patmasuri. RS tidak terpakai ini direnovasi agar layak menjadi lokasi rujukan Covid-19. Kapasitas yang disediakan RS ini sekitar 50 tempat tidur.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Pekerja memeriksa kondisi tempat tidur di Rumah Sakit Veteran Patmasuri, Bantul, Yogyakarta, Selasa (12/1). Pemkab Bantul menyiapkan lokasi isolasi warga terpapar Covid-19 di RS Veteran Patmasuri. RS tidak terpakai ini direnovasi agar layak menjadi lokasi rujukan Covid-19. Kapasitas yang disediakan RS ini sekitar 50 tempat tidur.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana mengatakan, ruang perawatan pasien Covid-19 rumah sakit rujukan penanganan Covid-19 DIY sudah banyak yang penuh. Bahkan, IGD rumah sakit sampai ada yang buka tutup karena tidak mampu menampung pasien.

Huda menuturkan hal ini terjadi dikarenakan kondisi Covid-19 yang sudah sangat mengkhawatirkan dan memprihatinkan di DIY. Pada 21 Januari 2021 kemarin, kasus baru positif Covid-19 di DIY mencatatkan rekor baru dengan tambahan 456 kasus. "Dalam kondisi ini penambahan ruang perawatan sangat mendesak demi menyelamatkan jiwa warga. Apalagi kasus kematian akhir akhir ini sangat tinggi," kata Huda.

Menurutnya, penambahan ruang isolasi penanganan Covid-19 harus dilakukan. Sebab, banyak pasien Covid-19 yang bergejala tidak mendapatkan perawatan di rumah sakit (RS) rujukan Covid-19.

Selain itu, Huda menegaskan supaya penambahan ruang isolasi ini jangan sampai terkendala dana dan birokrasi anggaran. Pasalnya, hal ini dapat menyebabkan masalah darurat di DIY menjadi lambat diatasi. "Saya menilai hambatan penyelesaian masalah ini karena birokrasi dan sistem anggaran yang diterapkan membuat pemda tidak bisa support (mendukung) sesuai harapan," ujarnya.

Ia menuturkan, Pemda DIY juga dapat menggunakan biaya tak terduga (BTT) untuk menambah kapasitas RS. Begitu pun dengan menambah jumlah tenaga kesehatan untuk menangani Covid-19.

Sebab, penambahan kapasitas rumah sakit ini juga harus sesuai dengan jumlah tenaga kesehatan. Saat ini, DIY juga kekurangan tenaga kesehatan untuk menangani Covid-19."Penggunaan biaya tidak terduga (BTT) semestinya lebih sederhana dan tidak birokratis. Kami minta kecepatan gerak dari Pemda DIY untuk bisa berkomunikasi dan mencari solusi atas masalah kurangnya ruang perawatan ini, yang menurut saya lebih ke masalah birokrasi anggaran internal pemda dan komunikasi dengan rumah sakit mitra," jelasnya

Untuk mengisi tenaga kesehatan, Huda menyarankan agar Pemda DIY kembali melakukan rekrutmen. Selain itu, Pemda DIY juga dapat meminta rumah sakit untuk melakukan rekrutmen secara mandiri dengan anggaran dari Pemda DIY. "Jangan hanya karena anggaran dan birokrasi anggaran, masalah yang sangat darurat ini lambat diatasi. Kalau pemda sulit rekrutmen SDM, mestinya bisa minta rumah sakit rekrutmen sendiri dengan biaya dari pemda," katanya.

Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY sebelumnya mengatakan, berencana melakukan kembali perekrutan tenaga kesehatan untuk penanganan Covid-19. Hal ini dilakukan untuk mengisi kekurangan tenaga dalam penanganan Covid-19 di DIY.

Pasalnya, kasus terkonfirmasi positif di DIY masih terus bertambah dan kapasitas rumah sakit juga ditambah dengan meningkatkan jumlah tempat tidur (bed) isolasi penanganan Covid-19. Sementara, penambahan kapasitas bed ini tidak sebanding dengan jumlah nakes yang menangani pasien Covid-19"Mau ditambah beberapa SDM-nya, nanti (menyesuaikan) kebutuhan rumah sakit. Penambahan bed (saat ini) tidak linear dengan jumlah nakesnya," kata Kepala Dinkes DIY, Pembayun Setyaningastutie.

Di 2020 lalu, Dinkes DIY sendiri telah melakukan perekrutan nakes. Setidaknya, DIY membutuhkan lebih 200 nakes untuk mengisi kekurangan tenaga. Namun, hanya 88 nakes yang mendaftar dari 200 lebih kuota yang disediakan. Sedangkan, hanya 26 nakes yang akhirnya diterima karena sebagian besar pendaftar tidak diizinkan keluarga untuk menangani pasien Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement