Jumat 22 Jan 2021 16:52 WIB

Nadiem: Pendampingan Orang Tua Jadi Kunci PJJ Sukses

Usahakan dampingi juga dipastikan penggunaan gadget-nya terkontrol

Rep: Inas Widyanuratikah/ Red: Andi Nur Aminah
Mendikbud RI, Nadiem Makarim
Foto: Kemendikbud RI
Mendikbud RI, Nadiem Makarim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan kunci kesuksesan pembelajaran jarak jauh (PJJ) adalah orang tua. Ia melihat, orang tua yang memberi dukungan kepada anaknya selama proses PJJ membuat sang anak lebih berhasil dalam melakukan pembelajaran. "Tidak perlu menguasai materi, tapi didukung secara emosional. Ditanyakan, hari ini belajar apa. Didampingi itu juga dipastikan penggunaan gadget-nya terkontrol," kata Nadiem, dalam diskusi daring Merdeka Belajar Transformasi Pendidikan Indonesia, Jumat (22/1).

Mengatur orang tua, kata Nadiem adalah hal yang sulit. Sebab, orang tua siswa tidak berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Oleh karena itu, peran guru dalam memberi pengertian kepada orang tua menjadi penting.

Baca Juga

Guru harus bisa menjelaskan kepada orang tua bahwa pendampingan mereka memiliki dampak yang luar biasa di masa PJJ ini. Anak akan menjadi lebih mudah menerima pelajaran jika di rumah didukung oleh orang tuanya.

Ia menganjurkan agar para guru terus berkomunikasi dengan orang tua untuk membantu pelaksanaan pembelajaran. "Kalau bisa webinar sama orang tua, buat konferensi. Saya menganjurkan semua guru untuk melakukan sosialisasi kepada orang tua bahwa, kuncinya itu ada di Anda," kata dia menegaskan.

Saat ini jumlah sekolah yang melakukan pembelajaran tatap muka sebanyak 15,5 persen dari total seluruh sekolah. Nadiem menilai, hal ini menunjukkan pemerintah daerah masih berhati-hati dengan melakukan pembelajaran tatap muka.

Adapun rincian sekolah yang telah melakukan pembelajaran tatap muka berdasarkan jenjang yakni, SD 13,5 persen, SMP 19,8 persen, SMA 19 persen, dan SMK 17,5 persen. Nadiem menyebut, untuk kota-kota besar yang memiliki klaster Covid-19 paling tinggi, sebagian besar belum melakukan pembelajaran tatap muka.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement