Advertisement

Hal-Hal yang Gagal Dijelaskan Facebook Soal Privasi WhatsApp

Jumat 22 Jan 2021 09:47 WIB

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih

Whatsapp

Foto: Antara
Facebook gagal menjelaskan mengapa pengguna WhatsApp harus setuju soal kebijakan baru

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Rencana Facebook memaksa pengguna agar setuju berbagi data pengguna dengan Facebook menjadi bumerang. Jutaan orang telah mengunduh layanan pesaing seperti Signal dan Telegram, sebagai persiapan untuk perubahan tersebut.

WhatsApp masih merupakan aplikasi perpesanan instan yang tidak perlu dipersoalkan. WhatsApp menawarkan enkripsi end-to-end dan menjembatani komunikasi iPhone ke Android. Namun, Signal dan Telegram juga dapat melakukan itu.

Baca Juga

Dilansir dari BGR, Selasa (19/1), Facebook sudah menanggapi reaksi tersebut beberapa hari yang lalu. WhatsApp menerbitkan bagian infografis dan FAQ yang menekankan semua data yang tidak akan dikumpulkan Facebook setelah kebijakan privasi WhatsApp yang baru diberlakukan.

Beberapa hari kemudian, Facebook mengumumkan rencana untuk menunda revisi kebijakan privasi selama tiga bulan untuk menghilangkan kebingungan yang beredar di masyarakat.

Facebook terus bersikeras dalam unggahan blog barunya tentang kebingungan dan kesalahan informasi yang menyebabkan kekhawatiran di luar sana. Blog tersebut menjelaskan lagi enkripsi end-to-end tidak akan hilang. WhatsApp serta Facebook tidak akan dapat melihat pesan milik pengguna. Hal yang sama berlaku untuk pesan dan log panggilan dan lokasi bersama.

Facebook lalai untuk mengakui banyak orang memahami dengan sempurna bahwa enkripsi end-to-end tidak akan hilang. Meski mungkin enkripsi tak hilang, pengguna juga memahami Facebook akan mengambil lebih banyak data dari WhatsApp. Ini merupakan masalah utama.

Facebook menjelaskan, di entri blog apa yang berubah tanpa memperjelas data apa yang akan dikumpulkan dari WhatsApp.

“Dengan pembaruan ini, tidak ada yang berubah. Sebaliknya, pembaruan menyertakan opsi baru yang harus dimiliki orang untuk mengirim pesan ke bisnis di WhatsApp dan memberikan transparansi lebih lanjut tentang cara kami mengumpulkan dan menggunakan data. Meskipun tidak semua orang berbelanja dengan bisnis di WhatsApp saat ini, kami pikir lebih banyak orang akan memilih untuk melakukannya di masa mendatang dan penting untuk orang-orang mengetahui layanan ini. Pembaruan ini tidak memperluas kemampuan kami untuk berbagi data dengan Facebook,” ujarnya.

Masalahnya di sini adalah banyak orang mungkin mengira mereka tidak akan berbelanja di dalam WhatsApp. Oleh karena itu, fitur yang didorong Facebook harus bersifat opsional. Facebook gagal menjelaskan mengapa semua pengguna WhatsApp harus setuju untuk membagikan data pengguna untuk layanan yang mungkin tidak akan pernah mereka gunakan.

REPUBLIKA.CO.ID, CALIFORNIA -- Rencana Facebook memaksa pengguna agar setuju berbagi data pengguna dengan Facebook menjadi bumerang. Jutaan orang telah mengunduh layanan pesaing seperti Signal dan Telegram, sebagai persiapan untuk perubahan tersebut.

WhatsApp masih merupakan aplikasi perpesanan instan yang tidak perlu dipersoalkan. WhatsApp menawarkan enkripsi end-to-end dan menjembatani komunikasi iPhone ke Android. Namun, Signal dan Telegram juga dapat melakukan itu.

Baca Juga

Dilansir dari BGR, Selasa (19/1), Facebook sudah menanggapi reaksi tersebut beberapa hari yang lalu. WhatsApp menerbitkan bagian infografis dan FAQ yang menekankan semua data yang tidak akan dikumpulkan Facebook setelah kebijakan privasi WhatsApp yang baru diberlakukan.

Beberapa hari kemudian, Facebook mengumumkan rencana untuk menunda revisi kebijakan privasi selama tiga bulan untuk menghilangkan kebingungan yang beredar di masyarakat.

Facebook terus bersikeras dalam unggahan blog barunya tentang kebingungan dan kesalahan informasi yang menyebabkan kekhawatiran di luar sana. Blog tersebut menjelaskan lagi enkripsi end-to-end tidak akan hilang. WhatsApp serta Facebook tidak akan dapat melihat pesan milik pengguna. Hal yang sama berlaku untuk pesan dan log panggilan dan lokasi bersama.

Facebook lalai untuk mengakui banyak orang memahami dengan sempurna bahwa enkripsi end-to-end tidak akan hilang. Meski mungkin enkripsi tak hilang, pengguna juga memahami Facebook akan mengambil lebih banyak data dari WhatsApp. Ini merupakan masalah utama.

Facebook menjelaskan, di entri blog apa yang berubah tanpa memperjelas data apa yang akan dikumpulkan dari WhatsApp.

“Dengan pembaruan ini, tidak ada yang berubah. Sebaliknya, pembaruan menyertakan opsi baru yang harus dimiliki orang untuk mengirim pesan ke bisnis di WhatsApp dan memberikan transparansi lebih lanjut tentang cara kami mengumpulkan dan menggunakan data. Meskipun tidak semua orang berbelanja dengan bisnis di WhatsApp saat ini, kami pikir lebih banyak orang akan memilih untuk melakukannya di masa mendatang dan penting untuk orang-orang mengetahui layanan ini. Pembaruan ini tidak memperluas kemampuan kami untuk berbagi data dengan Facebook,” ujarnya.

Masalahnya di sini adalah banyak orang mungkin mengira mereka tidak akan berbelanja di dalam WhatsApp. Oleh karena itu, fitur yang didorong Facebook harus bersifat opsional. Facebook gagal menjelaskan mengapa semua pengguna WhatsApp harus setuju untuk membagikan data pengguna untuk layanan yang mungkin tidak akan pernah mereka gunakan.

  • Komentar 0

Dapatkan Update Berita Republika

BERITA LAINNYA