Kamis 21 Jan 2021 22:40 WIB

Perempuan Pelaku UMKM Lebih Berdaya Tahan Saat Pandemi

Pelaku UMKM perempuan lebih hati-hati sekaligus banyak menciptakan strategi.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fuji Pratiwi
Pekerja menunjukan bubuk kopi arabika gayo yang telah dikemas (ilustrasi). UNDP Indonesia menilai, perempuan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) disebut lebih memiliki daya tahan dalam mempertahankan usaha mereka di masa pandemi.
Foto: IRWANSYAH PUTRA/ANTARA
Pekerja menunjukan bubuk kopi arabika gayo yang telah dikemas (ilustrasi). UNDP Indonesia menilai, perempuan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) disebut lebih memiliki daya tahan dalam mempertahankan usaha mereka di masa pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) disebut lebih memiliki daya tahan dalam mempertahankan usaha mereka di masa pandemi. Namun sayangnya, justru mereka yang paling sedikit mendapatkan bantuan dari pemerintah.

Berdasarkan Survei UNDP Indonesia, ada tiga dampak keuangan utama yang di yang dirasakan oleh para UMKM. Yakni, kesulitan membayar utang, membayar biaya tetap seperti sewa tempat, dan kesulitan pembayaran gaji karyawan.

Baca Juga

Menurut UNDP Indonesia Country Economist, Rima Prama Artha, perempuan lebih berdaya tahan karena mereka berhati-hati dalam pembayaran utang, serta lebih banyak menciptakan strategi pemasaran dan penjualan. Hasil survei menyebutkan, perempuan pelaku usaha lebih mungkin untuk menyiapkan strategi penjualan dan pemasaran (85,1 persen) dibandingkan dengan laki-laki pelaku usaha (79,7 persen).

"Perempuan pengusaha lebih berdaya tahan dalam mengelola bisnis, tapi lebih mungkin dirumahkan," ujar Rima dalam webinar Covid-19's Impact on Indonesian MSMEs, Kamis (21/1).

Survei ini dilakukan kepada 1.100 UMKM yang tersebar di 15 provinsi di Indonesia, di mana 60 persen di antaranya berasal dari Jawa dan 40 persen berada di luar Jawa. Survei ini dilakukan pada Agustus 2020.

Berdasarkan hasil survei, perempuan juga memiliki skala usaha yang lebih kecil dibandingkan laki-laki. Semakin besar skala usahanya, maka semakin sedikit jumlah perempuan yang memiliki usaha tersebut. Maka umumnya perempuan lebih banyak memiliki usaha mikro. Akibatnya, akses permodalan ke perempuan pun lebih sedikit.

Menurut Rima, hal ini karena perempuan tidak menjadikan bisnis mereka sebagai yang utama, dan hanya pekerjaan sampingan sambil mengerjakan pekerjaan rumah.

"Jadi motivasinya untuk mengembangkan usahanya tidak besar, motivasi untuk menjadikan bisnis lebih besar itu sulit," kata Irma.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement