Kamis 21 Jan 2021 13:36 WIB

Kimia Farma-Pertamina Collab Buat Bahan Baku Paracetamol

BUMN juga didorong berkolaborasi dengan swasta untuk wujudkan ketahanan farmasi.

Rep: M Nursyamsi/ Red: Friska Yolandha
Apotek Kimia Farma
Foto: Istimewa
Apotek Kimia Farma

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri BUMN I Pahala Mansury mengatakan tingginya ketergantungan industri farmasi dalam negeri akan bahan baku impor. Hal ini yang mendasari Kementerian BUMN membentuk holding BUMN farmasi yang dipimpin PT Bio Farma dengan anggota holding, PT Kimia Farma dan PT Indofarma.

"Tahun lalu kita sudah bangun holding di farmasi, kita tahu saat ini kurang lebih 95 persen bahan baku farmasi masih impor," ujar Pahala saat Webinar 11th Kompas100 CEO Forum bertajuk: 'Let's Collaborate; Rising in Pandemic Era'di Jakarta, Kamis (21/1).

Selain mendorong penguatan holding farmasi, kata Pahala, Kementerian BUMN juga mendorong BUMN farmasi meningkatkan kolaborasi dengan BUMN lain atau swasta. Menurut Pahala, upaya kolaborasi menjadi bentuk upaya dalam mewujudkan ketahanan sektor kesehatan dalam negeri. 

Pahala mengambil contoh Indonesia yang saat ini sudah mampu memproduksi paracetamol, namun terhambat oleh sebagian bahan baku yang masih impor. Oleh karena itu, Pahala menyambut positif kemitraan sektor farmasi dengan sektor migas antara PT Kimia Farma dengan PT Kilang Pertamina Indonesia, anak usaha dari PT Pertamina (Persero).

 

"Tahun ini sudah tanda tangan antara Kimia Farma dengan Kilang Pertamina Indonesia untuk membangun dan mengembangkan bahan baku bagi paracetamol ke depannya," ucap Pahala.

Ketergantungan akan bahan baku impor pun menjadi perhatian Menteri BUMN Erick Thohir saat menghadiri rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (21/1).

Erick menekankan pentingnya manajemen risiko mengingat hampir seluruh negara kini melakukan proteksi atas sumber daya hingga bahan baku. Kata Erick, Indonesia saat ini memang sudah mampu memproduksi paracetamol, namun bahan baku masih harus impor. 

"Manajemen risiko harus mulai melihat secara detail adakah hal yang perlu diantisipasi ke depannya," kata Erick.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement