Rabu 20 Jan 2021 19:25 WIB

Pengungsi Merapi di Glagaharjo Pilih Bertahan di Barak

Pengungsi Merapi di Gagaharjo memilih tetap bertahan di barak.

Asap sulfatara mengepul disertai guguran material vulkanik dari puncak gunung Merapi di foto dari Desa kaliurang, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (20/1/2021). Pihak Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), melalui situs resminya menyatakan Gunung Merapi sudah mengalami erupsi sejak 4 Januari 2021 berupa erupsi efusif yaitu guguran lava pijar dan awan panas sejauh maksimal 1.800 meter.
Foto: Antara/Anis Efizudin
Asap sulfatara mengepul disertai guguran material vulkanik dari puncak gunung Merapi di foto dari Desa kaliurang, Srumbung, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (20/1/2021). Pihak Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), melalui situs resminya menyatakan Gunung Merapi sudah mengalami erupsi sejak 4 Januari 2021 berupa erupsi efusif yaitu guguran lava pijar dan awan panas sejauh maksimal 1.800 meter.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pengungsi tanggap darurat bencana erupsi Gunung Merapi di barak pengungsian Balai Desa Glagaharjo, Kabupaten Sleman memilih tetap bertahan di barak pengungsian mengikuti anjuran Pemkab Sleman. Sebelumnya, sudah ada rekomendasi dari BPPTKG bahwa para pengungsi sudah boleh dipulangkan, karena Merapi telah memasuki fase erupsi efusif.

"Pengungsi yang merupakan kelompok rentan dari Dusun Kalitengah Lor ini tetap bertahan di barak pengungsian, karena Pemerintah Kabupaten Sleman belum mengizinkan pulang ke rumah," kata Camat (Panewu) Cangkringan Suparmono di Sleman, Rabu (20/1).

Menurut dia, para pengungsi ini tetap bertahan sampai nanti ada instruksi dari Bupati Sleman terkait pemulangan pengungsi. "Pemkab Sleman belum akan memulangkan pengungsi karena saat ini masih dalam masa PPKM dari 11 hingga 25 Januari 2021, sehingga para pengungsi tetap berada di barak pengungsian," katanya.

Salah satu pengungsi di barak Glagaharjo, Sayem (65) mengatakan sudah tinggal di barak pengungsian Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan selama 2,5 bulan. Ia tidak akan pulang ke rumah sebelum ada perintah resmi dari pemerintah.

"Kalau belum ada perintah pulang, saya tetap bertahan di sini. Saya ikut pemerintah. Sebenarnya kadang-kadang ingin pulang. Kalau mau pulang pemerintah belum mengizinkan pengungsi untuk pulang," katanya.

Ketua Komunitas Siaga Merapi (KSM) Glagaharjo Rambat Wahyudi mengatakan jika pengungsi, terutama kelompok rentan tidak akan kembali ke rumah sebelum ada instruksi dari pemerintah Kabupaten Sleman, yang mengizinkan pengungsi pulang ke rumah masing-masing.

"Ikut anjuran Pemkab Sleman, kami tidak ingin kecolongan seperti kejadian erupsi Gunung Merapi 2006, dimana pengungsi pulang sehari kemudian erupsi," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement