Kamis 21 Jan 2021 00:30 WIB

Lumpur Lapindo Mengandung Logam Tanah Jarang, Apa Itu?

Logam tanah jarang dibutuhkan dalam pengembangan kendaraan listrik.

Endapan lumpur Lapindo mengering di kolam penampungan titik 35, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (10/10).
Foto: Antara/Umarul Faruq
Endapan lumpur Lapindo mengering di kolam penampungan titik 35, Porong, Sidoarjo, Jawa Timur, Rabu (10/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan potensi kandungan logam tanah jarang (rare earth) di lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Logam tanah jarang merupakan salah satu mineral yang jadi perhatian karena dibutuhkan dalam pengembangan kendaraan listrik (electric vehicle/EV).

"Kami juga melakukan kajian terhadap lumpur Sidoarjo yang ternyata juga diidentifikasi oleh Badan Litbang mengandung logam tanah jarang," kata Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Eko Budi Lelono dalam jumpa pers virtual di Jakarta, Rabu (20/1).

Baca Juga

Untuk mendukung kebijakan pemerintah untuk mempercepat pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB), maka Badan Geologi Kementerian ESDM telah melakukan survei logam tanah jarang. "Tahun ini dari sembilan lokasi survei yang kami lakukan, yang terkait logam tanah jarang itu ada di Bangga Kepulauan (Sulawesi Tengah). Itu kami lakukan identifikasi dan hitungan sumber daya dari logam tanah jarang," katanya.

Eko menuturkan pihaknya juga mengidentifikasi kandungan logam tanah jarang di mineral batubara di wilayah Kalimantan. "Jadi berbagai endapan baik di mineral, batubara, ada juga potensi tanah jarang ini, bahkan di lumpur Sidoarjo juga ternyata berpotensi mengandung logam tanah jarang," katanya

Berdasarkan data Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi (PSDMBP) Badan Geologi Kementerian ESDM, telah diidentifikasi sebanyak 28 lokasi yang memiliki potensi logam tanah jarang. Secara rinci, potensi tersebut tersebar di 16 lokasi di Sumatra, tujuh lokasi di Kalimantan, tiga lokasi di Sulawesi dan dua lokasi di Jawa.

Sementara itu, ada sembilan lokasi survei dan penyelidikan yang dilakukan Badan Geologi untuk mengungkap potensi mineral, yakni tersebar di Mandailing Natal, Sumatera Utara untuk logam emas dan mineral ikutannya. Selanjutnya, Sumbawa Barat, NTB untuk mineral logam mulia dan logam dasar.

Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, untuk logam tanah jarang. Pulau Gebe, Halmahera Tengah, Maluku Utara untuk nikel dan mineral pengikutnya. Pulau Halmahera, Maluku Utara untuk survei geokimia regional bersistem Lembar Morotai. Aceh Selatan, Aceh untuk batugamping. Aceh Besar, Aceh untuk fosfat.  Sambas, Kalimantan Barat untuk kaolin. Terakhir, Mamuju, Sulawesi Barat untuk batu mulia.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement