Rabu 20 Jan 2021 17:14 WIB

Jangan Tunda Upaya Mendekatkan Diri kepada Allah

Segerakan mendekatkan diri kepada Allah.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Jangan Tunda Upaya Mendekatkan Diri Kepada Allah. Foto: Beribadah/ilustrasi
Jangan Tunda Upaya Mendekatkan Diri Kepada Allah. Foto: Beribadah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW mengajarkan umat manusia untuk senantiasa taat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebagai umat Islam sewajarnya mengetahui bahwa upaya mendekatkan diri kepada Allah jangan ditunda-tunda atau menunggu waktu luang untuk fokus mendekat kepada-Nya.

Syekh Ibnu Atha'illah dalam Kitab Al-Hikam menyampaikan bahwa jangan menunggu selesainya rintangan-rintangan untuk lebih mendekat kepada Allah. Sebab menunggu selesainya rintangan akan memutuskan engkau dari kewajiban menunaikan hak terhadap apa yang Allah tetapkan. (Sebab yang demikian itu memutuskan kewaspadaanmu terhadap kewajibanmu).

Baca Juga

Mengutip terjemah Al-Hikam karya Ustaz Bahreisy, ia menjelaskan yang dimaksud Syekh Ibnu Atha'illah dengan mengutip pernyataan Abdullah bin Umar dan Sahl bin Abdullah Attustary.

Abdullah bin Umar berkata, "Jika engkau berada di waktu senja, maka jangan menunggu tibanya pagi. Demikian pula jika engkau berada di waktu pagi, jangan menunggu sore. Pergunakan kesempatan di waktu muda, sehat, kuat dan kaya untuk menghadapi masa tua, sakit, lemah dan miskin."

Sahl bin Abdullah Attustary berkata, "Jika tiba waktu malam, maka jangan mengharap tibanya siang hari, sehingga engkau menunaikan hak Allah malam itu juga. Dan menjaga benar-benar nafsumu, demikian pula bila engkau berada pada pagi hari."

كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ ٱلْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُم بِٱلشَّرِّ وَٱلْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ

Artinya, "Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami (Allah) akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan. (QS Al-Anbiya: 35)

Ustaz Bahreisy menjelaskan bahwa ujian itu berupa sehat, sakit, kesukaran, kelapangan, kaya dan miskin. Untuk menguji ketetapan beriman kepada Allah, dilihat sampai di mana syukurnya menerima nikmat dan bagaimana sabarnya menghadapi ujian kesukaran.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement