Rabu 20 Jan 2021 13:31 WIB
...

Jejak Senyuman dan Tatapan Sang Pangeran Cendana

Kami tak diizinkan untuk sekadar melongok sel Tommy Soeharto dan Bob Hasan.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Endro Yuwanto
Jurnalis Republika Rusdy Nurdiansyah saat menjelajah Nusakambangan.
Foto:

Oleh : Rusdy Nurdiansyah/Jurnalis Republika

Pukul 11.30 WIB, aku dan Bowo beserta rombongan pengajian Az-Zikrah berjumlah 15 orang yang dipimpin ustaz Arifin Ilham diperbolehkan masuk ke dalam LP Batu menuju Masjid At-Taubah. Aku dizinkan membawa kamera, tapi hanya diperbolehkan memotret kegiatan pengajian dan dzikir di dalam masjid.

Usai Shalat Dzuhur, dilanjutkan dengan dzikir bersama dan tausiah yang diikuti dengan khusuk oleh ratusan napi. Sebagian napi ada yang menangis tersedu-sedu. Aku pun mengambil momen foto yang cukup langka itu. Aku melihat Bob Hasan dan Tommy serta Kepala LP Batu, Soemantri, ikut serta di shaf terdepan.

Pukul 13.30 WIB, pengajian usai. Ustaz Arifin Ilham keluar dari masjid bersama Kepala LP Soemantri, Bob Hasan, dan Tommy. Aku dan Bowo berusaha mendekat. Namun, Tommy sambil melempar senyumannya bergegas menuju Blok II yang dijaga ketat empat petugas dan beberapa napi berbadan besar dan kekar. Kemudian oleh petugas, aku dan Bowo 'dipaksa' keluar menuju ruang tunggu.

Kepala LP Batu, Soemantri, didampingi Bob Hasan menyapa kami. Lalu menjelaskan kegiatan siraman rohani untuk para napi yang rutin dilaksanakan sepekan sekali. Bowo tak menyia-nyiakan kesempatan itu untuk bertanya aktivitas Tommy dan Bob Hasan serta rumor sel mewah serta keberadaan fasilitas lapangan tenis dan helipad.

Mereka menjelaskan, Tommy menempati sel nomor 16 di Blok II bersebelahan dengan sel Bob Hasan. Mereka mengeklaim menempati kamar tanpa fasilitas istimewa seperti televisi dan barang mewah lain. Sedangkan lapangan tenis itu dibangun untuk kegiatan olahraga para petugas LP dan helipad untuk mobilitas para petugas LP agar lebih cepat hilir mudik ke Cilacap. "Semua napi beraktivitas dan berolahraga di dalam, kecuali para napi yang sedang menjalani asimilasi. Mereka bebas berkeliaran di luar LP," terangnya.

Aku dan Bowo mencoba minta izin untuk sekadar melongok kamar Tommy dan Bob Hasan. Tapi, dengan sigap Soemantri menolak. Ia berdalih peraturan tidak memperbolehkannya. Lantas, Soemantri menjelaskan, keberadaan Tommy dan Bob Hasan cukup membawa nuansa positif bagi aktivitas para napi yang berjumlah 272 orang.

photo
Tommy Soeharto (kanan) dan Bob Hasan - (Ist).
 

 

Ada beragam kegiatan kerajinan, perbengkelan, pertanian, dan perternakan di LP seluas 210 kilometer persegi yang merupakan peninggalan Belanda dan dibangun pada 1925 itu. Bahkan hasil kerajinan batu akik yang menjadi andalan bisnis para napi mendapat permintaan ekspor.

Wawancara dengan Soemantri hanya berlangsung 10 menit. Tentu kami juga diselimuti rasa kecewa karena tidak diizinkan untuk mewawancarai Bob Hasan. Kemudian kami bergegas menuju bus rombongan pengajian Az-Zikrah menuju dermaga Sodong dan selanjutnya menyeberang kembali ke dermaga Wijayapura Cilacap. Usai pamit ke Ustaz Arifin Ilham yang meneruskan perjalanan ke Jakarta, kami memilih untuk tetap di Cilacap.

***

Aku sampaikan ke Bowo, ada kecurigaan kalau Tommy sering keluar dan menginap di hotel. "Pasti hotel yang paling mewah di Cilacap," ucapku ke Bowo.

Lalu, aku teringat dengan sosok Pak Rudi, komandan jaga pos pejagaan Pulau Nusakambangan yang pernah aku temui saat menyeberang ke Pulau Nusakambangan di malam hari pada 3 Maret 2002. Aku perlu bertemu Pak Rudi untuk mendapat informasi situasi Nusakambangan yang sudah banyak perubahan dan informasi soal Tommy.

Tak begitu susah mencari alamat rumah Pak Rudi. Waktu menunjukkan pukul 16.30 WIB. Kami tiba di rumah Pak Rudi, dekat kilang minyak Pertamina Cilacap. Kami disambut dengan ramah. Setelah basa-basi, kemudian kami terlibat perbincangan seru, terutama terkait Tommy. Dugaanku benar, Tommy kerap menginap di hotel paling mewah di Cilacap, yakni Hotel Wijayakusuma.

Sejak Bob Hasan dan menyusul Tommy mendekam di "Pulau Alcatraz"-nya Indonesia itu, Nusakambangan disulap seperti tempat wisata, tidak lagi angker seperti cerita-cerita para napi yang telah bebas. Hampir empat kali dalam sepekan, Pulau Nusakambangan ramai dikunjungi para pembesuk Bob Hasan dan Tommy yang tak kenal jam besuk. Rombongan penjenguk datang dari kalangan pejabat, mantan pejabat, keluarga besar Cendana, hingga artis. Mereka iasa menginap di Hotel Wijayakusuma, hotel terbaik di Cilacap.

Padahal, orang biasa ataupun karyawan sekalipun harus mengantongi izin khusus sebelum menyeberang dan juga harus menunggu jadwal penyeberangan. Tahanan lain? Paling banter sekali dalam sepekan boleh dibesuk. Namun, yang menguntungkan bagi tahanan lain di LP Batu yakni suplai makanan enak tak pernah berkurang, pasokan rokok pun rutin diterima. Tak hanya itu, hampir setiap sebulan sekali selalu ada hiburan musik di dalam LP Batu.

Pak Rudi juga mengungkapkan, mantan Presiden Soeharto sempat menjenguk putra bungsunya itu dengan menggunakan helikopter. Tommy dan Bob Hasan juga kerap bolak-balik keluar masuk Pulau Nusakambangan dengan menggunakan helikopter. "Tommy itu baru terlihat di Nusakambangan kalau ada kunjungan. Selebihnya nggak tahu Tommy ada di mana?" ungkap Pak Rudi sambil tersenyum.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement