Selasa 19 Jan 2021 22:37 WIB

Genose Diharap Segera Masuk Ekosistem Deteksi Covid-19

GeNose merupakan alat skrining dan diagnostik COVID-19 berbasis embusan nafas.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Alat deketsi covid-19 bernama GeNose C19 tersimpan di Kantor Kemenko PMK saat penyerahan dari Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta, Kamis (7/1). Kementerian Riset dan Teknologi menghibahkan satu unit GeNose C19 yang merupakan karya tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) kepada Kemenko PMK untuk disosialisasikan dan dimanfaatkan secara masif oleh seluruh masyarakat Indonesia guna mendeteksi COVID-19. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Alat deketsi covid-19 bernama GeNose C19 tersimpan di Kantor Kemenko PMK saat penyerahan dari Kementerian Riset dan Teknologi, Jakarta, Kamis (7/1). Kementerian Riset dan Teknologi menghibahkan satu unit GeNose C19 yang merupakan karya tim peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) kepada Kemenko PMK untuk disosialisasikan dan dimanfaatkan secara masif oleh seluruh masyarakat Indonesia guna mendeteksi COVID-19. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Ketua tim pengembang Genose UGM, Kuwat Triyana, mengaku prihatin atas pertambahan kasus covid yang hampir setiap hari terus meningkat. Itu pula yang mendorong pengembangan Genose agar deteksi covid bisa dilakukan cepat.

Ia mengungkapkan, pengembangan Genose untuk deteksi covid sebenarnya dilakukan tidak sengaja lantaran awalnya ditujukan untuk Tuberculosis. Namun, merebaknya covid di dunia mendorong mereka mengalihkan penelitian untuk mendeteksi covid.

Baca Juga

"Kami modifikasi sistemnya, sensornya maupun AI-nya (kecerdasan buatan)," kata Kuwat dalam webinar Inovasi Teknologi Kemandirian Alat Kesehatan Anak Bangsa.

Genose menggunakan analisis nafas yang sebenarnya dalam dunia sudah dilakukan banyak orang. Memanfaatkan aktivitas pathogen seperti bakteri dan virus dalam jaringan tubuh yang menghasilkan senyawa yang khas untuk tiap jenis penyakit.

Senyawa volatil tersebut secara umum ke luar melalui saluran pernafasan, misal kanker paru saat ini mudah didiagnosis dengan analisis nafas yang tepat. Tapi, metode GC-MS yang selama ini ada dirasa sangat rumit dan instrumennya mahal.

"Jelas tidak sesuai untuk penggunaan sehari-hari maupun dalam keadaan cepat," ujar Kuwat.

Kondisi serupa turut ditemui dalam pengembangan biomarker, yang menandakan seseorang terinfeksi covid melihat kandungan etil butanoat dalam nafasnya. Identifikasi mengenai biomarker yang tidak akan cepat sulit menjadi acuan.

Dalam perjalanannya, lanjut Kuwat, Genose diteliti berdasarkan standart good clinical practice. Baik selama proses perancangan, pelaksanaan, dokumentasi dan pelaporan penelitian dengan subyek penelitiannya merupakan manusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement