Selasa 19 Jan 2021 18:42 WIB

Zona Hijau yang Nyaris Hilang dari Peta Risiko Covid-19

Dari total 514 kabupaten/kota di Tanah Air hanya tersisa 14 zona hijau.

Petugas kesehatan membagikan alat tes usap kepada warga sebelum tes usap massal di halaman Wisma Haji Kota Madiun, Jawa Timur, Selasa (19/1/2021). Pemkot Madiun memfasilitasi tes usap secara gratis bagi warga yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif COVID-19 guna pencegahan penyebaran SARS-CoV-2 seiring dengan terus meningkatnya jumlah kasus positif COVID-19 hingga daerah tersebut berstatus zona merah.
Foto: SISWOWIDODO/ANTARA
Petugas kesehatan membagikan alat tes usap kepada warga sebelum tes usap massal di halaman Wisma Haji Kota Madiun, Jawa Timur, Selasa (19/1/2021). Pemkot Madiun memfasilitasi tes usap secara gratis bagi warga yang memiliki riwayat kontak erat dengan pasien positif COVID-19 guna pencegahan penyebaran SARS-CoV-2 seiring dengan terus meningkatnya jumlah kasus positif COVID-19 hingga daerah tersebut berstatus zona merah.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Dessy Suciati Saputri, Flori Sidebang, Uji Sukma Medianti, Eva Rianti, Ronggo Astungkoro

Kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia tak kunjung membaik. Bahkan, jauh memburuk.

Baca Juga

Fakta tersebut tercermin dari data peta zonasi risiko penularan infeksi virus corona yang dirilis Satgas Penanganan Covid-19 per 17 Januari 2021. Dalam peta zonasi teranyar ini, jumlah daerah zona merah alias berisiko tinggi melonjak drastis menjadi 108 kabupaten/kota dari 70 kabupaten/kota pada pekan sebelumnya.

"Untuk pertama kalinya mencapai jumlah yang sama dengan awal perhitungan zonasi risiko dilakukan yaitu pada tanggal 31 Mei 2020 lalu. Jumlah zona merah mencapai 108 daerah. Kalau kita lihat peta di layar, tampak jelas hampir tidak ada warna hijau," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, Selasa (19/1).

Kondisi tersebut, ujar Wiku, menunjukkan bahwa nyaris seluruh kabupaten/kota di Indonesia saat ini punya risiko penularan Covid-19, minimal zona kuning atau risiko rendah. Jika dirinci, jumlah zona oranye dan zona kuning memang sama-sama menunjukkan penurunan.

Jumlah daerah zona oranye turun dari 374 kabupaten/kota menjadi 347 kabupaten/kota. Begitu juga zona kuning turun dari 56 kabupaten/kota menjadi 45 kabupaten/kota. Namun hal itu tidak memperbaiki risiko penularan karena lonjakan tinggi justru terjadi di jumlah daerah zona merah.

"Hal ini berarti perkembangan Covid-19 terus mengalami perkembangan ke arah yang tidak diharapkan. Bahkan ada 15 kabupaten/kota yang sebelumnya tidak pernah masuk zona merah," ujar Wiku.

Dari distribusi perpindahan zonasi risiko pekan ini, perburukan kondisi juga didukung oleh berpindahnya 52 kabupaten/kota yang sebelumnya berada di zona oranye alias risiko sedang, naik ke zona merah.

Sementara untuk zona hijau, jumlahnya masih bertahan di angka 14 kabupaten/kota. Jumlah ini terbagi dua, 10 daerah tidak ditemukan kasus baru dan 4 daerah saja yang memang tidak pernah memiliki kasus Covid-19.

Di Pulau Jawa, beberapa daerah yang naik status menjadi zona merah antara lain Kabupaten Bandung dan Kabupaten Bandung Barat di Jawa Barat, Kota Semarang hingga Kota Magelang di Jawa Tengah, dan Kabupaten Trenggalek serta Ngawi di Jawa Timur. "Seperti yang dapat dilihat di layar, tenryata Jawa Tengah menjadi kontributor terbanyak pada perpindahan zonasi dari zona oranye ke zona merah ini. Sebanyak 15 daerah di Jawa Tengah pada mingggu ini berpindah ke zona risiko yang paling buruk yaitu zona merah," kata Wiku.

Jika dilihat lebih lanjut banyak kota-kota besar yang turut berkontribusi pada tingginya angka zona merah pada minggu ini. Kota Medan, Kota Magelang, kota Semarang, Kota Balikpapan, dan Kota Tomohon adalah contoh kota berpenduduk banyak yang pindah ke zona merah.

Beberapa kota lainnya yang juga ikut pindah ke zona merah, antara lain Kota Prabumulih di Sumatra Selatan, Kota Bontang di Kalimantan Timur, dan Kota Kotamobagu di Sulawesi Utara. Total, ada 52 kabupaten/kota yang berpindah dari zona oranye ke zona merah.

Wiku kembali mendesak pimpinan daerah untuk lebih tegas dalam penanganan pandemi. Perburukan peta zonasi pada pekan ini, ujarnya, memiliki arti bahwa pemerintah daerah perlu memperbaiki strategi penanganan Covid-19.

"Masyarakat dapat membantu menekan penularan dengan tetap di rumah saja, tidak berpergian jika tidak mendesak. Mungkin banyak masyarakat yang sudah bosan dengan imbauan 3M, kami paham. Tapi itulah satu-satunya pencegahan yang efektif," kata Wiku.

Kasus Covid-19 memang melonjak drastis selama beberapa hari terakhir. Lonjakan drastis penambahan kasus positif pada pekan ini, yang mencapai angka tertinggi selama masa pandemi, harus menjadi alarm nyaring bagi seluruh pihak.

Tren kenaikan kasus yang terus terjadi selama 12 pekan berturut-turut ini perlu segera ditangani dan ditekan. “Ingat, penambahan drastis jumlah kasus selama beberapa minggu terakhir merupakan alarm nyaring bagi kita semua,” ujar Wiku.

Dari data Satgas, tren kenaikan kasus positif ini juga dapat dilihat dari rata-rata positivity rate yang terus meningkat dengan angka rata-rata sebesar 25,98 persen pada Januari. Wiku meminta agar penegakan disiplin protokol kesehatan harus dilakukan secara tegas sebab menjadi satu-satunya upaya pencegahan yang paling efektif.

Lonjakan kasus positif diikuti kasus kematian yang semakin memburuk pada pekan ini. Setelah sempat mengalami penurunan kasus pada pekan sebelumnya, jumlah kasus kematian kini kembali meningkat drastis yang mencapai sebesar 37,4 persen.

“Ini adalah perkembangan yang menunjukan ke arah yang buruk. Pada minggu yang sama terdapat rekor meninggal tertinggi selama pandemi yaitu 306 kematian dalam satu hari pada 13 Januari,” ujar Wiku.

Satgas mencatat lima provinsi yang memiliki kasus kematian tertinggi pada pekan ini. Yakni Jawa Tengah yang mengalami kenaikan 209 kasus, DKI Jakarta naik 106 kasus, Jawa Barat naik 87 kasus, DIY naik 27 kasus, dan NTT naik 18 kasus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement