Selasa 19 Jan 2021 05:14 WIB

Aisyah Sebatang Kara Ditinggal Ibunya Akibat Covid-19

Ibu Aisyah ditemukan warga meninggal di rumahnya di Pamulang.

Ketua RT 01/18 Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Agung Nugroho di depan rumah kontrakan Aisyah Allisa, bocah 10 tahun yang kini hidup sebatang kara dan dinyatakan terpapar Covid-19.
Foto: Republika/eva rianti
Ketua RT 01/18 Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan, Agung Nugroho di depan rumah kontrakan Aisyah Allisa, bocah 10 tahun yang kini hidup sebatang kara dan dinyatakan terpapar Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Eva Rianti

Hidup sebatang kara kini disandang oleh Aisyah Allisa, bocah berusia 10 tahun yang tinggal di Jalan Bhayangkara, Kelurahan Benda Baru, Kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan. Sang ibu bernama Rina Danukusumah (46 tahun) baru saja meninggal dunia pada Sabtu (16/1) karena Covid-19. Satu hari berikutnya Aisyah turut dinyatakan positif Covid-19.

Baca Juga

Ketua RT/RW 01/18 Kelurahan Benda Baru, Agung Nugroho, mengungkapkan, Aisyah tinggal hanya bersama ibunya di sebuah kontrakan yang berada persis di samping rumahnya. Setelah kepergian sang bunda, Agung menyebut Aisyah menjadi anak yang hidup seorang diri.

Saat ini murid kelas 4 SDN 04 Serua itu telah dilarikan ke Rumah Lawan Covid (RLC) Tangsel untuk melakukan isolasi karena terpapar Covid-19. Agung menceritakan kronologis sebelum Aisyah pada akhirnya diisolasi di RLC. Pada Sabtu (16/1) sekitar waktu maghrib, Aisyah diketahui menangis dan meminta bantuan.

Selang beberapa menit, warga sekitar, termasuk Agung mengecek ke rumah kontrakannya. Mereka mendapati Rina tergeletak di lantai.

“Singkat cerita, tanggal 16 Januari kemarin meninggal secara mendadak menjelang maghrib, anaknya (Aisyah) nangis-nangis minta tolong. Setelah itu saya lihat (Rina) sudah tergeletak,” ceritanya saat ditemui Republika di kediamannya, Senin (18/1).

Agung mengatakan, dia dan beberapa warga yang mendatangi lokasi tidak bisa berbuat banyak. Mereka tidak berani mendekati jasad Rina karena khawatir jika almarhumah dalam kondisi positif Covid-19. Terlebih beberapa hari sebelumnya juga dikabarkan di lingkungan tersebut ada sejumlah orang yang dinyatakan terpapar Covid-19.

Lalu, seorang perempuan yang merupakan ibu dari teman sekolah Aisyah memberanikan diri untuk mengecek kondisi Rina dengan mengenakan alat pelindung diri (APD). Dari situ diketahui denyut nadi Rina sudah tidak berdetak, artinya sudah tidak bernyawa.

“Sekitar jam 21.00 WIB baru ada dari Polsek datang terdiri dari enam orang. Setelah itu mereka menemukan salah satu map putih dari RS Permata Pamulang yang menunjukkan Rina dinyatakan positif Covid-19. Entah kenapa dia (Rina, ibu Aisyah) sakitnya tidak bilang sama saya dan warga lingkungan,” kata Agung.

photo
Aisyah Allisa (10 tahun), anak yang menjadi sebatang kara setelah ibunya meninggal dunia akibat Covid-19, saat ditemui di Rumah Lawan Covid-19, Tangerang Selatan, Selasa (19/1). - (Eva Rianti (Republika))

Menurut penuturan Agung, semalaman itu jasad Rina masih berada di kontrakan. Hingga keesokan harinya, 17 Januari 2021 sekira pukul 09.00 WIB, pihak Dinas Perumahan, Permukiman, dan Pemakaman Kota Tangsel datang untuk melakukan penjemputan terhadap wanita, yang kata Agung, telah menjadi mualaf sekitar tahun 2000 itu. Sementara itu, Aisyah langsung dibawa ke fasilitas kesehatan untuk melakukan tes swab.

“Aisyah malam itu (16/1) sempat dites rapid antibodi dan hasilnya non reaktif. Tapi saya selaku pengurus lingkungan kurang yakin, kebetulan anak saya lulusan farmasi, dia (Aisyah) dibawa ke Medika BSD, lalu infonya dibawa ke RS Siloam Karawaci dan ternyata positif lewat PCR,” jelasnya.

Setelah dinyatakan positif Covid-19, Aisyah langsung diinisiasi warga untuk dibawa ke rumah sakit atau puskesmas yang bisa menampung. Dengan berusaha keras, mengingat kondisi kapasitas di sejumlah RS dan puskesmas penuh, akhirnya Aisyah bisa ditampung di Rumah Lawan Covid (RLC).

“Kalau di sini (di kontrakan) anaknya sendiri hidup sebatang kara. Kalau Covid itu kan juga orang-orang pada takut. Dengan jaminan surat dari puskesmas dan ada penanggung jawabnya, akhirnya ditaruh di RLC. Dalam hal ini, saya yang bertanggung jawab,” terangnya.  

Agung mengungkapkan, sementara waktu dia yang menanggung biaya kebutuhan Aisyah selama berada di RLC. Dia membentuk tim yang menangani donasi yang ingin disalurkan masyarakat kepada Aisyah melalui tim pengajian di wilayahnya. Rencananya, Agung akan membuatnya rekening bank khusus untuk Aisyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement