Senin 18 Jan 2021 17:15 WIB

Reisa: Sistem Kesehatan Indonesia Tertekan Hebat

Reisa menyebut penambahan kasus positif Covid-19 di sejumlah daerah sangat drastis.

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Andi Nur Aminah
Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Anggota Tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Reisa Broto Asmoro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Reisa Broto Asmoro menyampaikan, sistem kesehatan di Indonesia saat ini sangat tertekan dengan kondisi lonjakan pasien positif Covid-19. Dalam beberapa hari terakhir ini, penambahan kasus positif di sejumlah daerah tercatat sangat drastis. Bahkan mencatatkan rekornya selama pandemi yakni mencapai lebih dari 14 ribu kasus.

Kondisi ini menyebabkan petugas kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan di daerah menjadi semakin kewalahan. Mereka bahkan mengalami kelelahan setelah selama hampir satu tahun menangani pasien Covid-19 yang terus membludak. Di sisi lain, petugas kesehatan juga masih harus bekerja keras memberikan pelayanan kepada pasien selain Covid-19.

Baca Juga

“Saat ini ada tekanan yang sangat besar pada rumah sakit dan tenaga kesehatan. Sistem kesehatan kita tertekan hebat. Kemampuan kita menyembuhkan pasien Covid-19 terganggu dengan adanya penambahan tinggi pasien baru setiap harinya,” ujar Reisa saat konferensi pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (18/1).

Tak hanya itu, melonjaknya angka positif Covid-19 ini juga berdampak pada penambahan kasus meninggal di berbagai daerah. Karena itu, Reisa menekankan agar masyarakat terus disiplin menjalankan protokol kesehatan secara ketat guna memutus rantai penularan.

“Karena semakin ketat menekan peredaran dari virus ini, semakin sedikit kesempatannya untuk bermutasi juga atau berubah menjadi sesuatu yang lebih mengkhawatirkan,” jelasnya.

Sebelumnya, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, lonjakan kasus positif dapat menyebabkan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) semakin tinggi. Ia pun mengkhawatirkan kondisi ini akan menyebabkan sistem kesehatan di Indonesia menjadi lumpuh, jika angka keterisian tempat tidur di rumah sakit telah mencapai di atas 80 persen selama beberapa hari.

Selain itu, sistem kesehatan yang lumpuh juga ditandai dengan banyaknya pasien yang tak tertangani di ruang isolasi dan ICU. Hal itu terjadi karena terbatasnya fasilitas di rumah sakit.  

“Dan pasien non Covid-19 juga tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan lagi karena fasilitasnya penuh, tenaga kesehatannya tidak ada lagi yang tersisa untuk melayani lagi atau fully occupied,” kata Wiku.

 

N Dessy Suciati Saputri

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement