Ahad 17 Jan 2021 14:05 WIB

BNPB dan BMKG: Warga Harus Keluar dari Mamuju Hoaks

Pemerintah tidak pernah meminta masyarakat untuk keluar dari Mamuju. 

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/Rizky Suryarandika / Red: Ratna Puspita
Kepala BNPB, Doni Monardo (kiri)
Foto: BNPB Indonesia
Kepala BNPB, Doni Monardo (kiri)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan kabar yang mengatakan masyarakat harus keluar dari Mamuju, Sulawesi Barat, sebagai hoaks. Isu yang mengharuskan masyarakat untuk keluar dari Mamuju ini muncul didahului hoaks lainnya, yakni bakal ada gempa susulan yang lebih jauh besar dari peristiwa sebelumnya.

"Jangan mudah percaya dengan informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan," kata Doni dalam keterangan pers yang diterima Republika pada Ahad (17/1).

Baca Juga

Doni meminta agar masyarakat tidak mudah terpengaruh dengan hoaks yang beredar terkait peristiwa gempabumi Sulawesi Barat (Sulbar) 6,2 magnitudo. Hoaks tersebut dianggap meresahkan masyarakat.

photo
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Indonesia (BMKG), Dwikorita Karnawati  - (Republika/Silvy Dian Setiawan)

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, informasi mengenai imbauan pemerintah untuk mengosongkan wilayah Mamuju adalah tidak benar. Ia memastikan pemerintah tidak pernah meminta masyarakat untuk keluar dari Mamuju. 

Ia mengatakan, informasi yang dikeluarkan BMKG hanya imbauan masyarakat menjauhi bangunan yang sudah roboh. "Tidak pernah BMKG menyatakan hal seperti itu. Yang kami imbau adalah jauhilah bangunan-bangunan yang sudah runtuh," ujar Dwikorita.

Dwikorita mengatakan, masyarakat memang perlu mewaspadai gempa susulan. Namun, ia mengatakan, kekuatannya tidak akan sampai magnitudo 8,2 magnitudo. 

"Kurang lebih sebesar kemarin (Magnitudo 6,2), itu yang paling besar, tetapi akan lebih banyak yang lebih rendah dari kemarin," kata Dwikorita. 

Sebelumnya beredar pesan singkat bahwa bencana di Sulawesi Barat (Sulbar) berpotensi melebihi gempa bumi dan likuifaksi di Palu, Sulawesi Tengah, pada 2018. Karena itu, perlu ada instruksi agar masyarakat keluar dari Mamuju. 

Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika mencatat terjadi 32 kali gempa susulan di wilayah Majene-Mamuju pascagempa kuat Jumat (15/1) dinihari. Aktivitas tersebut sangat rendah sehingga patut diwaspadai masih ada medan tegangan tersimpan yang dapat memicu gempa kuat.

"Jika mencermati aktivitas gempa Majene saat ini, tampak produktivitas gempa susulannya sangat rendah. Padahal stasiun seismik BMKG sudah cukup baik sebarannya di daerah tersebut. Sehingga gempa-gempa kecil pun akan dapat terekam dengan baik. Namun hasil monitoring BMKG menunjukkan bahwa gempa Majene ini memang miskin gempa susulan (lack of aftershocks)," kata Koordinator bidang Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Sabtu (16/1). 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement