Ahad 17 Jan 2021 12:55 WIB

Facebook Larang Iklan Aksesoris Senjata di Amerika Serikat

Kebijakan ini segera berlaku setidaknya dua hari setelah pelantikan Presiden terpilih

Rep: Lintar Satria/Noer Qomariah/ Red: Christiyaningsih
Facebook (ilustrasi)
Foto: REUTERS
Facebook (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Facebook mengatakan akan melarang iklan yang mempromosikan aksesoris senjata dan perlengkapan lainnya di Amerika Serikat (AS). Kebijakan ini segera berlaku setidaknya dua hari setelah pelantikan Presiden terpilih Joe Biden.

Usai pendukung Donald Trump menyerang Capitol Hill 6 Januari lalu, Facebook mengatakan akan mulai melarang iklan berkaitan aksesoris senjata seperti brankas senjata, rompi anti-peluru, dan sarung pistol di Amerika.

Baca Juga

"Kami sudah melarang iklan senjata api, amunisi, dan perangkat tambahan seperti peredam suara, tapi sekarang kami juga melarang iklan aksesorisnya," kata Facebook dalam unggahan mereka di blog, Sabtu (16/1) kemarin.

Jumat (15/1) lalu tiga orang Senator mengirimkan surat ke Chief Executive Officer Facebook Mark Zuckerberg. Mereka memintanya untuk melarang segala bentuk produk iklan yang ditunjukan untuk pertempuran bersenjata. Ketiga Senator itu berasal dari Partai Demokrat.

"(Facebook) harus bertanggung jawab atas bagaimana musuh domestik Amerika Serikat menggunakan produk-produk dan platform perusahaan untuk tujuan ilegal mereka," kata tiga Senator tersebut.

Sejak Jumat lalu Facebook sudah memblokir undangan acara yang berlokasi di dekat Gedung Putih dan Gedung Kongres AS serta daerah sekitarnya. Pemblokiran berlaku setidaknya hingga pelantikan Joe Biden Rabu (20/1) mendatang.

FBI sudah memperingatkan pengunjuk rasa bersenjata berencana mendatangi Washington dan turun ke jalan di 50 negara bagian saat pelantikan berlangsung. Pekan ini media AS Buzzfeed melaporkan iklan peralatan militer di Facebook terletak di samping konten yang mempromosikan informasi palsu seputar pemilihan umum.

Juru bicara Facebook mengatakan semua halaman yang diidentifikasi di artikel Buzzfeed sudah dihapus. Ia mengatakan raksasa media sosial itu juga sedang bekerja sama dengan penegak hukum serta pakar intelijen dan terorisme.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement