Selasa 19 Jan 2021 12:38 WIB
Cerita di Balik Berita

Berkah Republika: Naik Haji & Temani Ibu Umroh ke Tanah Suci

Salah satu berkah menjadi wartawan Republika adalah menemani ibu umroh sambil liputan

Jurnalis Republika Subroto di Gaza, Palestina.
Foto:

Tahun 2014, aku juga mendapat rezeki tak diduga. Saat itu ibuku yang biasa aku panggil Mamak akan berangkat umroh.

Kakak-kakak dan adikku mengajak untuk patungan  memberangkatan Mamak. Aku sedang tak punya duit sama sekali. Aku katakan "saya tak bisa ikut patungan".

Dalam hati rasanya menyesak sekali. Kok kerja di Jakarta bertahun-tahun, untuk ikut bergotong-royong membiayai umrah Mamak tak punya uang? Kebangetan. Tapi mau bagaimana lagi. Aku memang sedang tak punya uang.

Mamak sedianya akan berangkat umrah dengan rombongan pengajiannya dari Sawahlunto, Sumatra Barat. Tapi dua bulan sebelum keberangkatan ternyata, pihak travel mengatakan tidak bisa berangkat. Tak jelas alasannya.

Mamak memaksa untuk berangkat sendiri segera. Aku diminta untuk mencari travel umrah yang bagus di Jakarta.

Aku tak bisa membantu, tapi aku akan carikan travel yang bagus buat Mamak. Aku akan mencari travel yang terpercaya dan pengurusnya bisa aku hubungi setiap saat. Dengan begitu aku nanti bisa mengikuti perkembangan perjalanan umrah Mamak dari Jakarta.

Menjelang keberangkatan umrah Mamak, aku makin tekun ibadah. Padahal selama ini aku bukan termasuk orang yang disiplin shalat tepat waktu.

Sehabis shalat doa yang aku panjatkan selalu sama. “Ya Allah, berikanlah hamba kesempatan mendampingi Mamak ke Tanah Suci. Ya Allah berikanlah hamba kesempatan untuk berbakti kepada orang tua.”

Permintaan yang aneh. Uang saja tak punya untuk urunan, malah minta menemani ke Tanah Suci. Tapi biarlah, aku meminta kepada zat Yang Paling Tinggi. Tak ada yang tak mungkin.  

Sejumlah biro umrah kuhubungi untuk keberangkatan Mamak. Tapi belum ada yang cocok. Lalu aku teringat sebulan yang lalu asosiasi haji Kesatuan Tour Travel Haji Umrah Republik Indonesia (Kesthuri) datang ke kantor. Aku masih menyimpan nomor kontak salah seoang pengurusnya yang punya biro Travel Haji dan Umrah. Artha Hanif namanya.

Aku mengontak Pak Artha. Kami berjanji bertemu di kantor cabang travel umrahnya di Jalan Margonda Depok. Saat bertemu, aku sampaikan soal rencana keberangkatan Mamak. Dia kaget saat mendengar Mamak akan berangkat sendiri. Umur Mamak sudah 76 tahun.  

“Ibu jangan berangkat sendiri Mas. Sebaiknya ada yang menemani,” ia menyarankan.

Aku jelaskan soal rencana Mamak yang tadinya akan berangkat bersama rombongan. Sampai kemudian memutuskan untuk berangkat sendiri secepatnya. Aku yakinkan dia bahwa kendati sudah tua, fisik Mamak sangat prima. Beliau terbiasa berjalan jauh. Jarang sekali sakit.

Kakak dan adikku tak ada yang bisa mendampingi berangkat umrah. Aku yang paling punya waktu. Sayangnya aku tak punya uang.

“Terus terang saya tidak bisa menemani,” kataku jujur.

Artha terdiam sejenak. Lalu dia menjelaskan kebetulan Kesthuri berencana mengundang Republika untuk meliput  umrah tahun ini. Tahun sebelumnya Kestuhri juga mengajak wartawan Republika meliput di Tanah Suci.

“Saya mengusulkan Mas Subroto saja yang diberangkatkan oleh Republika. Dengan begitu bisa liputan sambil menemani Ibu,” dia mengusulkan.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement