Jumat 15 Jan 2021 22:03 WIB

Hikmah dan Pesan Berharga Wafatnya Ulama Menurut Sekjen MUI

Terdapat hikmah dan pesan di balik wafatnya para ulama

Rep: Muhyiddin/ Red: Nashih Nashrullah
Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI, Amirsyah Tambunan, mengatakan terdapat hikmah dan pesan di balik wafatnya para ulama
Foto: Republika TV/Havid Al Vizki
Sekretaris Jenderal (Sekjen) MUI, Amirsyah Tambunan, mengatakan terdapat hikmah dan pesan di balik wafatnya para ulama

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Salah satu ulama karismatik Indonesia, Habib Ali bin Abdurrahman Assegaf meninggal dunia di rumah sakit Holistik Purwakarta, Jumat (15/1) sekitar pukul 15.30 WIB. Habib Ali meningal selang sehari setelah berpulangnya ulama penghafal Alquran, Syekh Ali Jaber.

Sekterataris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Buya Amirsyah Tambunan turut berduka cita atas wafatnya pimpinan majelis taklim Al-Afaf, Tebet tersebut. 

Baca Juga

Namun, menurut dia, ada hikmah yang bisa diambil dari wafatnya para ulama belakangan ini. “Ada hikmah atau nilai yang bisa diambil dari berita duka yang belakangan hadir,” ujar Amirsyah kepada Republika.co.id, Jumat (15/1).

Besarnya hikmah di balik wafatnya para ulama, menurut dia, antara lain terdapat dalam hadits riwayat Imam at-Tirmidzi dari Anas bin Malik RA: 

 

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ عِظَمُ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلَاهُمْ فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ

“Besarnya pahala sesuai dengan besarnya cobaan. Sesungguhnya Allah jika mencintai satu kaum, maka Allah memberi cobaan kepada mereka. Maka barangsiapa yang ridha (terhadap cobaan itu), maka dia mendapat ridha Allah. Barangsiapa yang murka, maka dia mendapat murka Allah.” (HR Tirmidzi).

Jadi, menurut Amirsyah, ketika ditimpa musibah seharusnya seorang muslim menyikapinya dengan ridha kepada takdir Allah, bukan dengan menggerutu atau malah menghujat Allah SWT. Misalnya dengan berkata, ”Ya Allah, mengapa harus ulama? Apa dosanya?

Yang kedua, menurut dia, umat Islam juga harus sabar. Mengutip pendapat Imam Suyuthi dalam Tafsir al-Jalalain, Amirsyah menjelaskan bahwa sabar adalah menahan diri terhadap apa-apa yang dibenci (al-habsu li an-nafsi ‘alaa maa takrahu).

“Sikap inilah yang wajib kita miliki saat kita menghadapi musibah. Selain itu, disunnahkan ketika terjadi musibah, kita mengucapkan kalimat istirja’ (Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun),” ucapnya. Allah SWT juga berfirman: 

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ ۗ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ 

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, ‘Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.’” (QS al-Baqarah [2] : 155-156)

“Dengan demikian, bersabarlah! Jangan sampai kita meninggalkan sikap sabar dengan berputus asa atau berprasangka buruk seakan Allah tidak akan memberikan kita kebaikan di masa depan,” kata Amirsyah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement