Jumat 15 Jan 2021 11:22 WIB

China Dukung Indonesia Jadi Pusat Produk Vaksin

Penyuntikan vaksin Covid terhadap Jokowi mendapat perhatian media China.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjalani suntik vaksin Covid-19 buatan Sinovac.
Foto: @jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjalani suntik vaksin Covid-19 buatan Sinovac.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mendukung Indonesia menjadi pusat produksi vaksin regional. Dengan demikian kedua negara bisa berkontribusi terhadap pembangunan kesehatan umat manusia.

"Saya telah memperhatikan laporan tersebut (siaran langsung Presiden Indonesia Joko Widodo disuntik vaksin Sinovac). China dan Indonesia merupakan mitra strategis penting," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China (MFA) Zhao Lijian dalam pernyataan tertulis yang diterima Antara di Beijing, Jumat.

Baca Juga

Menurut dia, kerja sama vaksin kedua negara tersebut menunjukkan adanya saling percaya dalam menjalin kerja sama praktis dan strategis. "Oleh karena itu, China siap meningkatkan kerja sama penelitian dan pengembangan, produksi, dan pengadaan vaksin," ujarnya.

Sebelumnya China juga mengajak Indonesia untuk bersama-sama mendukung ketersediaan dan keterjangkauan vaksin Covid-19 di negara-negara berkembang serta negara-negara Islam. Pernyataan tersebut disampaikan (MFA) untuk menanggapi dikeluarkannya sertifikat halal Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada vaksin yang dikembangkan oleh Sinovac.

Pihak Sinovac sendiri makin percaya diri atas vaksin yang dikembangkannya setelah penyuntikan terhadap Presiden Jokowi mendapatkan perhatian publik, tidak hanya di Indonesia melainkan juga di berbagai negara.

Bahkan, peristiwa tersebut tidak luput dari sorotan media-media di China. "Vaksin CoronaVac (buatan Sinovac) efektif dan aman," demikian pernyataan CEO Sinovac Biontech Yin Weidong dalam jumpa pers di Beijing setelah menyaksikan vaksinasi terhadap Presiden Jokowi pada Rabu (13/1) itu.

Menurut dia, vaksin yang sampai saat ini masih menjalani uji klinis tahap ketiga di Brazil, Turki, dan Indonesia itu menunjukkan hasil yang bervariasi tergantung kondisi masyarakat ketiga negara.

Ia menyebutkan di Turki efikasinya 91,3 persen, sedangkan di China dan Indonesia bisa mengatasi kasus infeksi ringan, masing-masing 78 persen dan 65,3 persen.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement