Jumat 15 Jan 2021 10:06 WIB

Surplus Neraca Dagang 2020 Capai 21,74 Miliar Dolar AS

Surplus neraca dagang 2020 merupakan yang tertinggi sejak 2011.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan, neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun lalu mengalami surplus 21,74 miliar dolar AS.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan, neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun lalu mengalami surplus 21,74 miliar dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan, neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun lalu mengalami surplus 21,74 miliar dolar AS. Surplus ini mencatatkan rekor tertinggi selama sembilan tahun terakhir.

Ketua BPS Suhariyanto mengatakan, surplus yang tinggi pada tahun lalu merupakan tertinggi sejak 2011. "Saat itu, neraca kita surplus 26,06 miliar dolar AS," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (15/1).

Kinerja neraca dagang yang mengalami surplus tahun lalu dikarenakan kontraksi impor lebih dalam. Penurunannya mencapai 17,34 persen dibandingkan 2019, menjadi 141,5 miliar dolar AS. Penyusutan terutama terjadi pada impor bahan baku/penolong yang memiliki peranan 72,91 persen terhadap keseluruhan impor, yakni turun 18,32 persen menjadi 103,21 miliar dolar AS.

Barang modal yang memberikan kontribusi 16,74 persen terhadap total impor tahun lalu pun juga mengalami kontraksi 16,73 persen, menjadi 23,70 miliar dolar AS. Di sisi lain, impor barang konsumsi dengan peranan 10,35 persen, mencatatkan kinerja 14,66 miliar dolar AS atau turun 10,93 persen.

Sementara itu, kinerja ekspor sepanjang 2020 pun mengalami pertumbuhan negatif. Hanya saja, penurunannya lebih landai, yakni 2,61 persen menjadi 163,3 miliar dolar AS.

Kontraksi ekspor terjadi di hampir seluruh sektor. Khususnya pertambangan yang mencatatkan penurunan ekspor 20,70 persen dibandingkan 2019, menjadi 19,75 miliar dolar AS. Penurunan jumlah permintaan dan harga komoditas di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi menjadi faktor utamanya.

Sektor industri/pengolahan yang berkontribusi hingga 80,30 persen terhadap total ekspor tahun lalu mencatatkan kinerja positif. Pertumbuhannya tipis, 2,95 persen, menjadi 131,13 miliar dolar AS.

Sektor pertanian juga mengalami pertumbuhan dengan angka yang lebih baik. Kenaikannya sebesar 13,98 persen menjadi 4,12 persen. Tapi, karena peranannya yang hanya 2,52 persen dari total ekspor Indonesia sepanjang 2020, dampaknya tidak terlalu signifikan.

"Bagaimanapun, pertumbuhan positif dari ekspor pertanian dan industri ini adalah sesuatu yang menggembirakan," kata Suhariyanto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement