Jumat 15 Jan 2021 05:33 WIB

Mungkinkah Serangan Jantung Bisa Diprediksi Lebih Awal?

Kejadian serangan jantung tak jarang terjadi secara tiba-tiba.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Kejadian serangan jantung tak jarang terjadi secara tiba-tiba (Foto: ilustrasi)
Foto: Foto : MgRol112
Kejadian serangan jantung tak jarang terjadi secara tiba-tiba (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kejadian serangan jantung tak jarang terjadi secara tiba-tiba. Akan tetapi, pemeriksaan sederhana ternyata dapat memprediksi serangan jantung beberapa tahun lebih cepat.

Menurut studi terbaru dalam Journal of the American Heart Association, serangan jantung bisa diprediksi beberapa tahun lebih dulu melalui pemeriksaan X-ray sederhana. Pemeriksaan ini dapat membantu menemukan tanda peringatan awal dari serangan jantung seperti kalsifikasi pada arteri koroner atau aorta abdominalis.

Baca Juga

"Banyak orang tidak tahu mereka berisiko atau telah memiliki tanda peringatan awal, seperti kalsifikasi arteri koroner atau (aorta) abdominalis," lanjut ketua tim peneliti dari Edith Cowan University Prof Josh Lewis, seperti dilansir Mail Online, Kamis (14/1).

Prof Lewis mengatakan aorta abdominalis merupakan tempat pertama penumpukan kalsium di arteri biasa terjadi. Penumpukan kalsium bahkan bisa terjadi di lokasi tersebut sebelum terjadi di jantung. Orang-orang dengan kadar kalsium yang tinggi di aorta memiliki risiko serangan jantung empat kali lebih besar.

"Kondisi ini dapat memberikan sinyal peringatan awal bagi dokter bahwa mereka perlu menginvestigasi dan menilai risiko pasien mereka terhadap serangan jantung atau strok," jelas Prof Lewis.

Penemuan dini dari kondisi tersebut juga dapat memungkinkan dilakukannya upaya intervensi yang lebih cepat. Beberapa upaya yang bisa dilakukan adalah modifikasi gaya hidup dan pengguaan obat-obatan. Dengan begitu, kalsifikasi atau penumpukan kalsium pada arteri koroner atau aorta abdominalis yang merupakan tanda peringatan dari serangan jantung bisa dihentikan agar tidak semakin memburuk.

"Orang-orang bisa mulai melakukan perubahan gaya hidup dan memulai terapi preventif lebih awal, yang kemudian berpotensi dapat menyelamatkan banyak kehidupan di masa yang akan datang," tukas Prof Lewis.

Prof Lewis mengatakan ada banyak faktor yang dapat memicu terjadinya kalsifikasi arteri. Beberapa di antaranya merupakan faktor yang berkaitan dengan gaya hidup seperti pola makan yang hidup, kurang aktivitas fisik, dan merokok. Faktor yang tak dapat diubah seperti genetik juga turut mempengaruhi.

Dr Amanda Buttery dari National Heart Foundation of Australia mengatakan temuan ini sangat menjanjikan. Dengan mengidentifikasi tanda peringatan awal ini, diperkirakan ada puluhan ribu jiwa yang bisa diselamatkan dari risiko kematian akibat serangan jantung.

"Penyakit jantung seringkali menjadi pembunuh diam-diam," timpal Prof Lewis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement