Kamis 14 Jan 2021 07:49 WIB

Ketentuan Wudhu dengan Cukup Membasuh Sepatu atau Kaus Kaki

Wudhu dengan membasuh sepatu atau kaus kaki diperbolehkan

Rep: Andrian Saputra/ Red: Nashih Nashrullah
Wudhu dengan membasuh sepatu atau kaus kaki diperbolehkan. Wudhu (Ilustrasi)
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Wudhu dengan membasuh sepatu atau kaus kaki diperbolehkan. Wudhu (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Islam banyak memberikan kemudahan atau keringanan kepada umatnya dalam melaksanakan ibadah ketika kondisinya dalam keadaan udzur atau terdapat kendala atau tidak normal seperti biasanya. 

Misalnya saja bolehnya seorang bertayamum sebagai pengganti wudhu manakala sulitnya menemukan air, atau ketika orang tersebut divonis secara medis mengalami luka atau sakit luar yang tidak boleh terkena air, atau dalam amalan lainnya seperti bolehnya melaksanakan sholat dengan duduk ketika tidak mempunyai kemampuan untuk melaksanakan dengan berdiri semisal sedang sakit atau ketika dalam kendaraan. 

Baca Juga

Dalam hal berwudhu, ada keringanan lainnya seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Yakni bolehnya membasuh sepatu (khuf) sebagai pengganti membasuh kaki. Berikut keterangan haditsnya:

أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ قَالَ أَنْبَأَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا ذَهَبَ الْمَذْهَبَ أَبْعَدَ قَالَ فَذَهَبَ لِحَاجَتِهِ وَهُوَ فِي بَعْضِ أَسْفَارِهِ فَقَالَ ائْتِنِي بِوَضُوءٍ فَأَتَيْتُهُ بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ وَمَسَحَ عَلَى الْخُفَّيْنِ قَالَ الشَّيْخُ إِسْمَعِيلُ هُوَ ابْنُ جَعْفَرِ بْنِ أَبِي كَثِيرٍ الْقَارِئُ

“Telah mengabarkan kepada kami Ali bin Hujr Telah memberitakan kepada kami Ismail dari Muhammad bin Amr dari Abu Salamah dari Al Mughirah bin Syu'bah, apabila Rasulullah pergi ke tempat jamban, beliau menjauh. Dia berkata, "Pernah beliau pergi untuk buang hajat saat safar. Lalu beliau berkata, 'Ambilkan air wudhu'. Aku segera mengambilkan air wudhu, beliau segera berwudhu dan membasuh kedua sepatunya (khuf)." Ini sebagaimana dikatakan Syekh Ismail yaitu Ibnu Ja'far bin Abu Katsir Al Qori (HR Nasai). 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement