Kamis 14 Jan 2021 06:03 WIB

Cerita Penolakan Vaksin Abad Ke-18: Cacar yang Bikin Modar

Puluhan ribu warga meninggal karena cacar, tetapi tetap banyak yang menolak divaksin.

Mantri vaksin sedang menyuntikkan vaksin.
Foto:

Sebelum vaksin ditemukan, para dokter dan tenaga medis melakukan variolasi. Cara ini menjadi langkah medis pertama untuk pencegahan dan penanganan cacar.

Baha’Udin dalam Dari Mantri hingga Dokter Jawa yang dimuat dalam Humaniora Oktober 2006 menulis, pada tahun 1779, seorang dokter muda Belanda bernama dr. J van der  Steege melakukan percobaan pertama variolasi di Batavia. Steege melakukan inokulasi terhadap 13 orang yang terkena cacar beberapa di antaranya adalah dari kelompok anak-anak.

Percobaan variolasi pertama ini mendapatkan hasil yang baik. Sampai tahun 1781, dr. Steege telah melakukan variolasi kepada 100 penderita cacar di Batavia. Namun, tindakan ini juga berisiko tinggi hingga mengakibatkan seorang anak penderita cacar meninggal dunia.

Varisiola adalah metode mengebalkan seseorang dari penyakit variola dengan menggunakan bahan yang diambil dari seorang pasien atau orang yang baru terkena variola. Caranya dengan menginfeksi pasien yang terkena virus cacar berkadar ringan. Diyakini tubuh pasien yang terpapar cacar ringan akan membangun antibodi yang menghindarkan pasien dari penyakit cacar parah yang bisa menyebabkan kematian.

Meski begitu cacar tak kunjung modar. Pasalnya metode ini berisiko besar. Dalam proses penyembuhannya tak sedikit pasien yang meninggal dunia lantaran daya tahan tubuh yang melemah.

Vaksin cacar baru ditemukan pada akhir abad ke-18. Penduduk Hindia Belanda baru merasakannya pada awal abad ke-19.

Vaksin itu dibuat Edward Jenner, seorang dokter dari Berkeley, Inggris pada 1796. Vaksin itu ditemukan tanpa sengaja. Saat itu Jenner sedang memperhatikan penduduk Berkeley yang mayoritas bekerja sebagai peternak. Tangan dan lengan para pemerah susu muncul lesi akibat terinfeksi cacar sapi. Namun, mereka yang pernah terinfeksi cacar sapi, ternyata kebal terhadap infeksi cacar air yang saat itu mewabah di desanya.

photo
Edward Jenner, penemu vaksin cacar. - (Wikimedia Commons)

Dari pengamat itu, Jenner lantas membuat penelitian untuk membuat vaksin. Berbagai percobaan dilakukan, hingga vaksin tersebut sempurna. Kata vaksin digunakan Jenner karena berasal dari sapi yang dalam bahasa latin adalah vacca.

Kapal Elisabeth mengangkut vaksin cacar dari Pulau Isle de France (timur  Madagaskar) dan mendarat selamat di Batavia. Vaksin yang dibawa dari pusat pengembangan vaksin di Jenewa kemudian dikirim ke Baghdad dan Basra (Irak) lalu ke India tersebut tiba di Batavia pada Juni 1804.

Batavia saat itu sedang dipimpin Gubernur Jenderal asal Inggris, Stamford Raffles, setelah Negeri Ratu Elizabeth tersebut mengambil alih wilayah jajahan Belanda, termasuk Hindia Belanda.

Setelah sampai di Batavia, vaksin lalu dikirim ke berbagai kota, khususnya yang warganya banyak terpapar virus cacar. Semarang, Jepara, Yogyakarta, Surakarta, dan Surabaya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement