Kamis 14 Jan 2021 06:03 WIB

Cerita Penolakan Vaksin Abad Ke-18: Cacar yang Bikin Modar

Puluhan ribu warga meninggal karena cacar, tetapi tetap banyak yang menolak divaksin.

Mantri vaksin sedang menyuntikkan vaksin.
Foto: “Smallpox, Vaccination, and the Pax Neerlandi
Mantri vaksin sedang menyuntikkan vaksin.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Karta Raharja Ucu, Jurnalis Republika

Negara-negara dunia yang sedang babak belur dihajar pandemi Covid-19, kini diributkan dengan pengadaan vaksin. Sejumlah negara yang memproduksi vaksin saling klaim buatan mereka lebih manjur. Negara-negara konsumen tak kalah gaduh. Seperti hukum alam, semua hal di dunia ini pasti ada pro dan kontra, termasuk pemberian vaksin yang disebut sebagai satu-satunya jalan keluar mengakhiri pandemi corona.

Indonesia salah satu negara yang masuk gelombang kegaduhan. Mengimpor vaksin dari China, Pemerintah Indonesia mewajibkan rakyatnya patuh dan rela disuntik Sinovac. Jika menolak, siap-siap didenda paling besar Rp 5 juta. Tak main-main memang.

Demi meyakinkan para kelompok yang menentang atau ragu-ragu terhadap pemberian vaksin, MUI dan BPOM digandeng untuk memberi jaminan. MUI menyatakan Vaksin Sinovac suci dan halal. BPOM menjamin aman.

Masih kurang? Presiden Jokowi maju sebagai penerima vaksin. Ia menjadi rakyat Indonesia pertama yang disuntik vaksin, malah proses pemberian vaksin pun disiarkan langsung. Lantas apakah semua itu bakal menjamin pihak yang bersebrangan alias emoh disuntik akan luluh dan rela disuntik tanpa perlawanan? Tentu saja tidak.

Sejarah membuktikan, penolakan vaksin tidak hanya terjadi saat pandemi Covid-19 saja. Saya ajak Anda melompat mundur ke era kolonial, tepatnya pada tahun 1819 untuk mengetahui Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda pernah diserang pandemi virus mematikan bernama cacar.

Tulisan ini cukup panjang, pastikan Anda membacanya sampai tuntas untuk mendapatkan informasi lebih jelas.

BACA JUGA: Beredar Video Barisan Ambulans dan Antrean Pemakaman di TPU Tegal Alur Jakarta, Benarkah?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement