Rabu 13 Jan 2021 14:39 WIB

Banjir Kembali Terjang Rumah Warga di Sukaresik Tasikmalaya

Banjir di desa Banjarsari sudah rutin datang saat hujan dengan intensitas tinggi.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Hiru Muhammad
Sejumlah warga melintas jalan yang tergenang banjir di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (13/1).
Foto: Republika/Bayu Adji P.
Sejumlah warga melintas jalan yang tergenang banjir di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (13/1).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA--Bencana banjir kembali menerjang pemukiman warga di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, Rabu (13/1).

Salah seorang warga setempat, Asep (54 tahun) mengatakan, banjir itu disebabkan meluapnya Sungai Cikidang dan Sungai Citanduy yang melintasi wilayah itu. Air meluap sejak Selasa (12/1) malam. Puncaknya, pada pagi hari air sudah menggenang pekarangan rumah dan jalanan warga. "Memang dari kemarin hujan deras. Jadinya sekarang banjir," kata dia ketika ditemui Republika di lokasi, Rabu (13/1).

Menurut dia, terdapat puluhan rumah warga yang terendam banjir di kampung Tanjungsari. Sementara di Kampung Bojongwaru dan Kampung Hegarsari, banjir tak sampai masuk ke rumah warga. Hanya sampai ke pekarangan rumah. 

Ia menambahkan, selain merendam rumah warga, banjir juga menggenangi sawah. Jalan yang menjadi akses warga juga ikut terendam luapan air dari Sungai Cikidang dan Sungai Citanduy itu.

Asep mengatakan, banjir di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, memang rutin datang ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi. Hampir setiap tahun wilayah itu selalu diterjang banjir. Namun, tahun ini banjir baru pertama kali terjadi. "Sudah biasa banjir ini mah. Setahun pasti ada banjir," kata dia.

Menurut dia, hingga saat ini belum ada aksi dari pemerintah untuk mengatasi banjir itu. Padahal, warga sudah bosan dengan banjir yang datang setiap musim hujan tiba. Asep mengatakan, warga sekitar ingin Sungai Cikidang dan Sungai Citanduy itu dikeruk. Dengan begitu, air sungai tak lagi meluap ketika terjadi hujan dengan intensitas tinggi."Maunya masyarakat, sungai dikeruk, tapi lumpurnya jangan dibuang ke kebun. Orang kebun merasa keberatan," kata dia.

Sementara itu, Kepala Desa Tanjungsari, Amas mengatakan, banjir di wilayahnya memang rutin terjadi setiap musim hujan. Namun, kejadian banjir kali tak separah yang sudah-sudah. Ia menjelaskan, ketinggian air saat banjir kali ini hanya menggenang jalan mencapai 40 sentimeter (cm). Sementara di permukiman warga, ketinggian air mencapai 70 cm. Sekira 300 warga terdampak banjir itu."Air tak masuk rumah, hanya ada di pekarangan. Karena masyarakat kita sudah tangguh banjir. Karena banjir ini sudah terjadi setiap musim hujan tiba," kata dia.

Meski begitu, banjir juga merendam sawah warga sekira 21 hektare. Amas mengaku belum dapat menaksir kerugian akibat banjir tersebut.

Disinggung mengenai penanganan banjir, menurut dia, hingga saat ini belum ada aksi dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy. Pihak BBWS hanya pernah melakukan sosialisasi. Namun, tak pernah melakukan aksi langsung untuk mengeruk sungai."Saya harapkan ada tindakan. Karena ini sudah langganan bertahun-tahuh. Saya harap tahun ini ada aksi normalisasi Cikidang dan Citanduy," kata dia.

Terpisah, Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tasikmalaya, Nuraedidin mengatakan, pihaknya sudah memberi solusi penanganan banjir langganan di Kecamatan Sukaresik. Salah satunya adalah dengan melakukan pengerukan dan pelebaran sungai."BBWS sudah menyanggupi dan menurunkan alat berat," kata dia. 

Namun, proses pengerukan dan pelebaran itu terkendala adanya warga yang ingin meminta ganti atas lahan mereka. Sebab, kerukan sungai itu nantinya akan disimpan di bantaran. Padahal bantaran sungai masih termasuk wilayah sungai. "Kita masih terus pendekatan kepada masyarakat agar mau. Karena kalau tak dikeruk, akan banjir terus," ujar dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement