Rabu 13 Jan 2021 13:18 WIB

Kreatif Berbagi Ilmu di Masa Pandemi

Kita sangat mengapresiasi kreatifitas para guru di daerah terpencil.

Guru dan anggota yayasan SMP Lazuardi Kamila Global Compassianote School (SCS) melakukan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kepada siswa secara daring di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Senin (4/1/2021). Kegiatan pembelajaran tersebut digelar secara daring untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. ANTARA FOTO/Maulana Surya/hp.
Foto: Antara/Maulana Surya
Guru dan anggota yayasan SMP Lazuardi Kamila Global Compassianote School (SCS) melakukan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) kepada siswa secara daring di sekolah setempat, Solo, Jawa Tengah, Senin (4/1/2021). Kegiatan pembelajaran tersebut digelar secara daring untuk mencegah penyebaran virus COVID-19. ANTARA FOTO/Maulana Surya/hp.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Iwan Sulistiawan, M.Si atau Iwan Bung Kelinci, Dosen dan penulis fiksi

Tak bisa dipungkiri, era Pandemi Covid 19 masih belum bisa dipastikan kapan berakhirnya. Meski pemerintah telah menegaskan akan memberikan vaksin gratis kepada seluruh rakyat Indonesia, masih terjadi silang pendapat seputar efektivitas vaksin-vaksin yang konon pengujiannya kini sudah mencapai tahap akhir.

Perdebatan itu semakin mengemuka apalagi kini muncul varian Covid-19 baru yang ditengarai muncul pertama kali di Inggris dan telah menyebar ke beberapa negara-negara lain. Sudah dapat dipastikan di tahun 2021 kita masih dalam nuansa pemenuhan protokol kesehatan guna mencegah penularan virus corona.

Kenyataan menunjukkan jutaan orang telah kehilangan pekerjaan dan atau berkurang penghasilannya, akibat kemunculan virus yang berasal dari Kota Wuhan ini. Di samping kerugian materil yang melanda berbagai sektor perekonomian, Covid-19 juga memberikan dampak bagi dunia pendidikan. Seperti juga di negara-negara lain, siswa sekolah dan mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia harus menempuh pelajaran atau mata kuliah dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).  

 

Di sinilah berbagai persoalan muncul, mulai dari kegagapan guru dan dosen dalam menghadapi perubahan. Mulai dari mengajar di luar jaringan (luring) ke mengajar dalam jaringan (daring), siswa dan mahasiswa yang tidak memiliki piranti atau tidak memeroleh akses internet untuk melakukan PJJ (sebagian siswa, terutama di daerah-daerah terpencil malah belum mendapatkan aliran listrik ke rumahnya).

Siswa dan mahasiswa yang stres karena banyaknya PR atau tugas, sementara mereka tidak bisa bertemu guru atau dosen untuk meminta penjelasan lebih lanjut dari tugas-tugas yang diberikan. Serta perasaan gundah karena tak bisa lagi bebas bermain dan belajar bersama teman-teman seperti yang biasa mereka lakukan di masa pembelajaran luring, serta segudang masalah lainnya.

Kita sangat mengapresiasi kreatifitas para guru di daerah terpencil. Demi membantu siswa-siswinya belajar yang tidak terjangkau akses internet, mereka rela mengendarai sepeda motor dan menempuh jarak puluhan kilometer untuk mengajar siswa. Meskipun mereka juga harus tetap menerapkan protokol kesehatan semaksimal mungkin.

Sebagian guru dan dosen lain membuat konten Youtube berupa pelajaran atau mata kuliah yang mereka ampu. Tujuannya agar para siswanya dapat mempelajarinya dengan skema waktu yang lebih fleksibel dan dapat diakses pula oleh audiens yang lebih luas. 

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement