Berbeda lagi dengan kisah seorang tukang pangkas rambut di pojok Taman Bunga Kota Sumenep (Alun-alun Sumenep).
Pada saat awal menyewa kios milik Kodim itu, Cak Hari baru selesai belajar potong rambut. Dia maklum jika masih sepi, karena baru saja buka. Sehari paling hanya 1-3 orang yang datang. Bahkan kadang tidak ada sama sekali.
Dalam setiap penantian pelanggan itu, ia memiliki kebiasaan unik. Ia selalu membaca istighfar, memohon ampunan kepada Allah. Dia sendiri tidak pernah memaksudkan istighfarnya secara khusus untuk mengundang pelanggan.
Beristighfar saja. Dalam kesabaran dan doanya kepada Yang Maha Mendengar, lambat laun namun pasti Kios Pangkas Rambut Cak Hari mulai ramai.
Sekarang, kalau mau pangkas rambut ke sana harus antri. Bahkan, Cak Hari sudah merekrut seorang keponakannya untuk membantu melayani pelanggan-pelanggannya.
Dua tahun yang lalu, ia sudah bisa menunaikan ibadah haji bersama istrinya berkat tabungannya sebagai tukang pangkas rambut.
Selalu ada keajaiban yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang istiqamah menjalankan perintah-Nya. Semoga kita bisa melakukannya dan menjadi orang yang diampuni, disehatkan dan dilimpahi rahmat dan karunia oleh Allah. Aamiin.
Bahrus Surur-Iyunk, Guru SMA Muhamamdiyah I Sumenep.