Selasa 12 Jan 2021 12:52 WIB

Kota Surabaya Dapat Jatah 33.420 Dosis Vaksin Covid-19

Surabaya menjadi kota dengan pasokan vaksin terbanyak di Indonesia.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Erik Purnama Putra
Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana.
Foto: Dok Pemkot Surabaya
Pelaksana tugas (Plt) Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kota Surabaya, Jawa Timur (Jatim) menjadi daerah yang mendapat jatah vaksin Covid-19 terbanyak dari pemerintah pusat. Informasi terungkap dalam rapat koordinasi yang digelar secara virtual dan dipimpin langsung Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa pada Selasa (12/1).

Pelaksana Tugas (Plt) Walikota Surabaya, Whisnu Sakti Buana menyampaikan, jatah yang didapat Surabaya sebanyak 33.420 dosis vaksin. "Itu sudah mencakup semua tenaga kesehatan (nakes) yang ada di Surabaya,” kata Whisnu di Balai Kota Surabaya, Selasa (12/1).

Whisnu mengatakan, setiap tenaga kesehatan nantinya akan mendapat jatah dua kali penyuntikan sesuai arahan pemerintah, yang diberikan dalam jangka waktu dua pekan. Untuk menyelesaikan proses vaksinasi tahap pertama, Whisnu mengatakan, membutuhkan waktu sekitar tiga pekan.

Hal itu karena setiap pekan, proses vaksinasi ditarget dapat menyasar 10 ribu orang. Terkait persiapan pelaksanaan vaksinasi, menurut Whisnu, ada 109 fasilitas kesehatan yang siap digunakan untuk melakukan vaksinasi. Di antaranya, sebanyak 46 rumah sakit dan 63 puskesmas.

“Simulasi sudah di tujuh rumah sakit, dan 63 puskesmas. Tersisa 39 yang kita dorong untuk segera melakukan simulasi sebelum nanti dilakukan proses vaksin,” ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita menambahkan, ada 839 tenaga vaksinator yang disiapkan, dan semua sudah bersertifikat. Untuk proses vaksinasi, kata Febria, para penerima pengumuman melalui SMS blast dari pusat kemudian datang ke tempat yang telah ditentukan. Di tempat nanti, penerima harus melakukan pendataan, kemudian melakukan pemeriksaan kesehatan.

“Kita sudah melakukan assessment, tapi nanti akan kita lakukan screening lagi terkait pemeriksaan fisik seperti cek tensi dan lain-lain, lalu assessment ulang terkait penyakit komorbid. Kalau sudah lolos bisa ke meja tiga," ucap Febria.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement