Senin 11 Jan 2021 21:00 WIB

Alasan Alquran Turun di Makkah dan Disyiarkan Nabi Muhammad

Nabi Muhammad menyiarkan Alquran yang turun di Makkah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Alasan Alquran Turun di Makkah dan Disyiarkan Nabi Muhammad. Foto: Ilustrasi Nuzulul Quran
Foto: Foto : MgRol_93
Alasan Alquran Turun di Makkah dan Disyiarkan Nabi Muhammad. Foto: Ilustrasi Nuzulul Quran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ajaran tauhid yang diperkelankan oleh Nabi Ibrahim dan keturunannya sampai Nabi Muhammad sejatinya adalah pesan Langit yang suci. Ajaran ini diketahui muncul di Timur Tengah, lantas mengapa Allah memilih tempat ini?

Jika seseorang ingin menyampaikan pesan ke seluruh penjuru, maka sebaiknya yang bersangkutan dapat berdiri di tengah jalur yang memudahkan tersebarnya pesan itu. Dan yang paling penting, penyampai pesan haruslah ia yang paling simpatik, berwibawa, dan bekemampuan sehingga menjadi daya tarik tersendiri.

Baca Juga

Pakar Ilmu Tafsir Prof Quraish Shihab dalam buku Mukjizat Alquran menjelaskan, Timur Tengah adalah jalur penghubung wilayah timur dengan barat. Maka wajarlah jika kawasan ini menjadi tempat menyampaikan pesan Illahi yang terakhir dan yang ditujukan kepada seluruh manusia di bumi.

Ajaran tauhid yang kemudian dikekalkan dalam Alquran merupakan ajaran yang diamanahkan kepada Nabi untuk disebarluaskan. Pada masa penyebaran Alquran, ada dua imperium digdaya di abas ke-5 dan ke-6 Masehi. Yang pertama adalah Kekaisaran Persia yang masyarakatnya menyembah api dan masih berbekas ajaran Madzak tentang kebebasan seks. Sehingga permaisuri pun harus menjadi milik bersama.

Kedua, adalah Imperium Romawi yang mengaku Nasrani namun budaya Kaisar Nero masih membekas di sini. Budaya Kaisar Nero diketahui seperti membakar habis kota (huru-hara) dan memperbolehkan memperkosa ibu kandung sendiri. Budaya ini masih mempengaruhi kultur Imperium Romawi.

Maka demikian, sedigdaya apapun imperium ini nyatanya tak dapat melawan kuasa Allah SWT. Serangan ekspansi demi ekspansi dari Imperium Romawi maupun kekerasan Abrahah lewat pasukan gajahnya nyatanya tak mampu mendudukkan Makkah maupun tujuan menguasai Jalur Hijaz.

Dalam literatur sejarah disebutkan bahwa ‘tangan’ Allah menggagalkan usaha demi usaha pendudukan mereka atas wilayah yang memang dijaga untuk penyebaran Alquran. Bayangkan apa yang akan terjadi jika tauhid dikumandangkan di daerah kekuasan Romawi dan Persia yang keyakinannya bahkan bertentangan dengan tauhid? Di Hijaz ketika itu belum terpusat kekuasaan.

Masing-masing kelompok suku saling bermusuhan dan memperebutkan pengaruh. Di Makkah, pusat Hijaz, para pedagang dan seniman datang memamerkan dagangan atau karyanya. Di sanalah bertemu kafilah dari selatan dan utara, timur dengan barat. Penduduk Makkah juga melakukan ‘perjalanan musim dingin dan panas’ ke daerah Romawi dan Persia. Faktor inilah yang memudahkan penyebaran ajaran.

Nabi Muhammad SAW sebagai penyampai pesan Langit pun merupakan sosok yang paling ideal. Rekam jejak Nabi bahkan dapat ditelusuri secara akurat melalui khazanah hadis yang kaya. Bahkan rekam jejak Nabi diakui para pendusta agama Islam sebelum Nabi Muhammad sendiri diangkat menjadi Nabi oleh Allah SWT.

Faktor terpilihnya Makkah 

Selain faktor yang disebutkan barusan, ada faktor lainnya yang mendukung terpilihnya Makkah sebagai pusat penyebaran Alquran. Yakni ketika itu masyarakat Makkah belum banyak disentuh peradaban. Mereka juga belum mengenal kemunafikan atau bermuka dua meskipun lidah dan ungkapan mereka tajam.

Masyarakat Makkah (maupun pendatang yang berakulturasi di dalamnya) sangat kuat pendirian walaupun ditekan. Dua sahabat Nabi misalnya, Bilal dan Ammar bin Yasir, tidak rela mengucapkan kalimat kufur meski dalam kondisi terdesak (meskipun agama memberi peluang berpura-pura selama hati tetap beriman).

Disebutkan pula bahwa sejarah pun menunjukkan bahwa ayat-ayat Alquran yang berbicara tentang kemunafikan baru dikenal (atau diturunkan) pada fase dakwah Nabi di Madinah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement