Senin 11 Jan 2021 12:59 WIB

Didik Gunadi, Pilot NAM Air yang Jadi Penumpang Sriwijaya

Captain Didik naik Sriwijaya karena besoknya bawa NAM Air rute Pontianak ke Surabaya.

Rep: Uji Sukma Medianti/ Red: Erik Purnama Putra
Foto almarhum pilot NAM Air, Didik Gunadi yang menjadi penumpang pesawat Sriwijaya SJ-182.
Foto: Republika/Uji Sukma Medianti
Foto almarhum pilot NAM Air, Didik Gunadi yang menjadi penumpang pesawat Sriwijaya SJ-182.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Keluarga Captain Didik Gunadi (49), tak menyangka jika bungsu dari empat bersaudara itu menjadi salah satu penumpang dalam pesawat Sriwijaya SJ-182, yang jatuh di perairan Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Sabtu (9/1).

Kakak kandung captain Didik, Inda Gunawan (57 tahun), mengatakan, saat mendengar kabar kecelakaan pesawat Sriwijaya, ia mencoba untuk meyakinkan keluarga bahwa adik bungsunya bukanlah pilot Sriwijaya. Dia menegaskan, Inda adalah pilot NAM Air, yang merupakan anak maskapai Sriwijaya.

"Saat itu saya di jalan. Dan berusaha untuk jangan panik, sabar, bahwa Didik itu ga di Sriwijaya Air. Tapi di NAM air. Setelah kami berdua sampai rumah. Baru didatengin adik. Karena kan (rumah kami) bersebelahan," jelas Inda saat ditemui di kediaman captain Didik, Perumahan Vida Bumi Pala, Mustika Jaya, Kota Bekasi, Jawa Barat, Senin (11/1).

Kemudian, Inda menjelaskan, adiknya mengatakan bahwa captain Didik adalah penumpang pesawat yang jatuh tersebut. Didik naik pesawat Sriwijaya, lantaran mendapat tugas membawa pesawat dari Bandara Supadio, Pontianak ke Surabaya pada Ahad (10/1) pagi WIB.

"Dek Didik sebagai penumpang. Masuk dalam daftar manifes Sriwijaya air. Karena mau bawa pesawat Nam Air dari Pontianak ke Surabaya atau Solo gitu, itu jadwalnya hari Ahad pagi," terangnya.

Mendengar penjelasan sang adik, Inda mengatakan, pihak keluarga yang terdiri sulung dari empat bersaudara akhirnya mencoba mencari tahu daftar manifestasi. Setelah mendapat konfirmasi Didik sebagai penumpang, pihak keluarga perlahan menerima kenyataan.

"Saya cari daftar manifes. Setelah ketemu baru. Otomatis semua pasti terpukul, syok apalagi istrinya, anaknya, bapaknya. Semua saudara syok bahkan tetangga di kampung juga," jelas Inda.

Inda pun akhirnya bergegas dari kampung halamannya, di Pekalongan, Jawa Tengah, menuju Kota Bekasi. Bagi Inda, adik bungsunya itu merupakan sosok yang mandiri, cerdas, dan religius. "Kalau dibandingkan tiga saudara yang ada itu dia paling cerdas. Baik dari segi akademis maupun agamis," terangnya.

Inda berharap, masih ada keajaiban walau sekecil apapun agar sang adik masih bisa ditemukan. "Barangkali Tuhan berkehendak lain ya, barang kali seperti itu, mudah-mudahan masih bisa ditemukan mudah mudahan masih hidup. Kalau Tuhan berkehendak lain ya Insha Allah kita harus terima," tutur Inda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement