Senin 11 Jan 2021 10:03 WIB

BPK: Pandemi Ancam Beberapa Tujuan SDGs tidak Tercapai

Tujuan mengurangi kemiskinan dan mencapai ketahanan pangan mungkin gagal dicapai.

Rep: Adinda Pryanka / Red: Friska Yolandha
Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna menyebutkan, pandemi Covid-19 berpotensi menyebabkan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) tidak berjalan sesuai target.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna menyebutkan, pandemi Covid-19 berpotensi menyebabkan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) tidak berjalan sesuai target.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Agung Firman Sampurna menyebutkan, pandemi Covid-19 berpotensi menyebabkan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs) tidak berjalan sesuai target. Setidaknya ada lima poin SDGs yang diperkirakan tidak dapat tercapai pada 2030.

Salah satunya, Agung menyebutkan, SDG-3 yang bertujuan memastikan kehidupan sehat dan mempromosikan kesejahteraan bagi semua usia. Selain itu, SDG-1 untuk mengakhiri kemiskinan ekstrem dalam segala bentuk.

Poin berikutnya, SDG-10 yang bertujuan mengurangi ketidaksetaraan dan SDG-2 untuk mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan peningkatan gizi. Tujuan terakhir yang berpotensi tidak tercapai adalah SDG-4, memastikan pendidikan berkualitas inklusif dan adil serta mempromosikan kesempatan belajar seumur hidup bagi semua.

Agung menjelaskan, lima tujuan tersebut sulit dicapai mengingat Covid-19 telah menempatkan ekonomi dunia dalam kondisi buruk dan mendorong jutaan orang kembali ke dalam kemiskinan.

"Selain itu, memperburuk ketimpangan dan memaksa banyak orang untuk tetap tinggal, atau kembali ke, hidup dalam kemiskinan ekstrim," katanya dalam Webinar Internasional Ensuring Transparency and Accountability in Covid-19 Pandemic: a Multi-Stakeholder Approach/Perspective pada Senin (11/1).

Agung menambahkan, dampak-dampak tersebut dapat mempengaruhi kapasitas keluarga dalam menyediakan kebutuhan seperti makanan dan pendidikan bagi keluarganya.

Pandemi bukanlah satu-satunya disrupsi yang terjadi secara global. Agung mencatat, setidaknya ada empat gangguan global yang pernah berlangsung. Beberapa di antaranya, gangguan keuangan pada 2008, gangguan teknologi (industri 4.0) pada 2009 hingga gangguan politik pada 2016. Terakhir, gangguan kesehatan pada tahun lalu akibat pandemi Covid-19.

Melalui berbagai disrupsi ini, Agung menekankan, masyarakat global harus segera berkolaborasi dalam mengelola dampak langsung dari krisis. "Kita harus memulai apa yang disebut Great Reset," ucapnya.

Seruan Great Reset sempat dikumandangkan dalam World Economic Forum (WEF) dan bahkan menjadi tema utama forum tahunan WEF yang mulai didiskusikan di forum-forum daring. Great Reset merupakan agenda perubahan tatanan kehidupan dalam spektrum yang luas, baik secara fundamental maupun secara filosofis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement