Senin 11 Jan 2021 07:37 WIB

Trump Kehilangan Dukungan dari Gedung Putih

Para pejabat menghitung mundur masa jabatan Trump berakhir pada 20 Januari.

Rep: dwina agustin/ Red: Hiru Muhammad
Presiden Donald Trump
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah kehilangan dukungan dari banyak mantan loyalis dalam pemerintahan. Kondisi ini terjadi setelah kerusuhan di Gedung Capitol yang terprovokasi atas dukungannya. 

Partai Demokrat berencana untuk mangajukan pemakzulan terhadap Trump pada Senin (11/1). Sedangkan banyak anggota staf Gedung Putih yang kesal dan malu dengan peristiwa penyerangan Capitol. Mereka mengatakan, telah menghadapi kritik dari rekan kerja dan khawatir akan rusaknya reputasi dan prospek pekerjaan mereka.

“Dia telah kehilangan kita. Dia kehilangan pemerintahannya sendiri. Seperti yang saya katakan, banyak dari kita merasa dikhianati,” kata seorang pejabat senior pemerintahan di sebuah badan di luar Gedung Putih. 

Beberapa orang yang mempertimbangkan pengunduran diri dalam beberapa hari terakhir telah memutuskan untuk tetap tinggal untuk membantu memastikan kelancaran transfer kekuasaan. Mereka mencoba menerima badan-badan yang melapor ke Gedung Putih, untuk melindungi dari tindakan gegabah oleh presiden atau lingkaran dalamnya yang tersisa.“Dalam hal mengambil arah kebijakan atau perubahan seketika, saya pikir kita semua menolak," ujar pejabat senior itu. 

Di seluruh pemerintahan, para pejabat menghitung mundur masa jabatan Trump berakhir pada 20 Januari. "Yang kudengar hanyalah kehancuran total. Tapi Presiden tidak mundur. Mereka akan melipatgandakan ini, "kata seorang mantan pejabat Gedung Putih.

Trump dalam sebuah video pada Kamis (6 /1), menyebut serangan terhadap Kongres keji dan berjanji akan kelancaran transfer kekuasaan ke pemerintahan berikutnya. Dia tidak mengakui bahwa dia kalah dalam pemilihan atau mencabut klaimnya yang tidak berdasar bahwa hasil pemilihan curang dan menyebut nama Presiden terpilih Joe Biden.

Trump dan lingkaran dalamnya berusaha mengalihkan perhatian dari pengepungan Capitol dan kembali ke kebijakan utamanya di hari-hari terakhir kepresidenannya. Pekan ini, Trump berencana mengunjungi perbatasan AS-Meksiko dalam perjalanan ke Texas. 

Trump masih berupaya  mempromosikan kebijakan imigrasinya dan mengunjungi bagian tembok perbatasan yang telah dibangun untuk menghentikan migran menyeberang ke negara itu. Dia juga akan mengadakan upacara Medal of Freedom baru di Gedung Putih.

Dalam satu dorongan kebijakan terakhir, Trump dan sekutunya melawan balik keputusan Twitter pada Jumat (7/1) untuk melarang akun pribadi presiden karena menghasut kekerasan. “Ada peluang yang sangat bagus bahwa kami dapat melihat beberapa tindakan tambahan terkait teknologi besar dalam waktu dekat, serta pengingat akan beberapa kebijakan lama yang dimulai oleh Presiden Trump yang akan disorot,” kata penasihat senio  pada kampanye Trump 2020, Jason Miller. 

Suasana semakin memburuk dengan runtuhnya hubungan antara Trump dan Wakil Presiden Mike Pence. Trump mengecam Pence karena tidak menemukan cara untuk mencegah Kongres mengesahkan hasil pemilu. 

Trump juga tidak menghubungi Pence untuk memeriksa keselamatannya selama kerusuhan di Kongres. Padahal Pence dievakuasi bersama dengan anggota parlemen karena serbuan pendukungnya. 

Kedua pria itu sekarang tidak berbicara, mengakhiri empat tahun mereka di Gedung Putih. Pence sebelumnya pernah menjadi letnan setia melalui berbagai krisis bersama Trump.

Pence memberikan sambutan selamat tinggal kepada stafnya dalam pertemuan emosional pada Jumat sebelum banyak dari mereka pergi minggu ini. Dia mengutip sebuah ayat Alkitab yang kepala stafnya, Marc Short, mengirim sms padanya pada Kamis pagi setelah dia secara resmi menyatakan kemenangan Biden."Kami telah berjuang dalam pertarungan yang baik, kami menjaga iman dan kami menyelesaikan perlombaan ini," kata Short.

 

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement