Ahad 10 Jan 2021 18:36 WIB

'Saya Masih Berharap Ada Keajaiban'

Nanik mengaku tidak memiliki firasat apa pun sebelum Sriwijaya SJ-182 hilang kontak.

Warga membawa bunga dan berdoa bersama bagi para korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Solo, Jawa Tengah, Minggu (10/1/2021).
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Warga membawa bunga dan berdoa bersama bagi para korban kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 di Solo, Jawa Tengah, Minggu (10/1/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, KEDIRI, JAWA TIMUR -- Nanik Mardiyah menggengam foto keluarga putrinya dengan erat. Pandangannya sayu. Wanita 57 tahun ini tampak masih syok. Warga Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, ini rasanya belum percaya. Kesempatan bertemu anak dan dua cucunya mungkin sudah tidak ada.

Padahal baru beberapa hari lalu Rahmania Ekananda (40 tahun) menghubunginya dari Jakarta. Putri tertuanya tersebut mengabari hasil tes swab-nya negatif. Begitu pula dua cucunya dan pengasuh mereka Dinda Amelia (16). Tes itu salah satu persyaratan naik pesawat. Mereka berencana ke Pontianak. Menemui menantunya, suami dan ayah mereka.

Baca Juga

Menantu Nanik memang baru saja mendapat promosi dan diharuskan bekerja di luar daerah. Namanya Kolonel Teknik Akhmad Khaidir. Jabatannya sekarang Kepala Dinas Logistik Pangkalan Udara Supadio Pontianak. Terakhir ia bertemu menantunya tersebut, sekaligus anak cucunya di Jakarta pada awal Januari 2021, sebelum balik ke Kediri.

Pada Sabtu (9/1), Rahmania sempat mengirim foto cucu-cucunya, Fazila Ammara (6 tahun) dan Fathima Ashalina (2,5 tahun). Keduanya di ruang tunggu bandara. Bersiap berangkat, ke Pontianak, menyusul ayah. Yang tidak pernah diduganya, itu ternyata kabar terakhir dari mereka.

Menahan tangis, Nanik menceritakan paniknya saat tidak dapat menghubungi Rahmania. Beberapa kali nomor telepon putrinya dihubungi. Tetap tidak bisa. Ia lalu menghubungi menantunya.

Kaget bukan main. Kabar yang didapat jauh dari menenangkan. Dari ujung telepon sana, Akhmad Khaidir memberi kabar pesawat ditumpangi Rahmania hilang kontak. Pesawat itu adalah Sriwijaya Air dengan nomor registrasi SJ-182. Mendengar kabar tersebut, hati Nanik bergetar. "Pesawatnya lost contact. Saya tidak bisa berbicara banyak Bu," kata Nanik mengutip menantunya.

Jam menunjukkan pukul 16.00 WIB. Nanik mencari-cari informasi di televisi dan internet. Masih nihil. Saluran televisi terus dipandangi. Berharap kabar pesawat Sriwijaya Air muncul. Namun, informasi itu baru mengudara Maghrib. Kabarnya sama. Pesawat yang ditumpangi anak-cucunya hilang kontak.

Nanik tidak bisa tidur nyenyak sejak itu. Ia terus memikirkan nasib anak dan cucu-cucunya. Semalaman ia menunggu kabar kepastian nasib mereka. Tak lagi peduli tubuh letih kurang istirahat. Keluarga pun berkumpul semua mendampingi Nanik. Semenjak suaminya meninggal dunia, ia tinggal seorang diri. Seluruh anaknya di perantauan.

Nanik tidak mempunyai firasat apapun sebelum pesawat hilang kontak. Ia mengenang, saat di Jakarta, putri pertamanya itu memang selalu tersenyum. Selalu berusaha menyenangkan hatinya dan keluarga.

Namun, bagi Nanik putrinya memang sejak dahulu perhatian. Rahmania juga suka berbagi kepada orang lain. Kenangan itu tidak terlupakan.  

Ia dan keluarga berharap. Ada keajaiban yang bisa membawa kembali putrinya tersebut. Juga kedua cucu tersayangnya. "Saya masih berharap ada keajaiban dari Allah. Mudah-mudahan bisa ketemu anak cucu saya," ujar ibu tiga anak ini.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement